Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HM ADE SURAPRIATNA

Kompas.com - 10/01/2008, 18:57 WIB

KETUA DPRD DKI Jakarta ini berkiprah di Partai Golkar sejak partai politik itu belum mau disebut partai dan masih bernama Sekber Golkar. Suami Sukmawati (47) itu berkenalan dengan Golkar sejak masih jadi anggota Menwa (Resimen Mahasiswa). Ketika terjadi penggabungan Menwa-menwa dalam wadah Menwa Jayakarta pada tahun 1976, ia mendaftar saja. “Awalnya belum tahu politik, pokoknya ndaftar saja,” kenang pria kelahiran Jakarta, 7 November 1951.

Meski organisasi mahasiswa itu kemudian menjadi salah satu anggota keluarga besar ABRI karena dibina tentara, Ade mengatakan ia murni masuk dari Jalur G (Golkar), jadi bukan Jalur A (ABRI) atau Jalur B (Birokrasi) dan itu terjadi lewat seleksi alam. “Pematangan proses organisasi lewat Resimen Mahasiswa,” kata Komisaris PT Adhiguna Putera Utama ini. Ade baru benar-benar masuk diGolkar pada tahun 1979 ketika aktif di Kadin Jakarta Utara.

Ketua DPD I Partai Golkar DKI yang tercatat sebagai anggota legislatif terkaya di DPRD DKI ini (berdasarkan data yang diterima KPU DKI  kekayaannya Rp 5,79 miliar), memang seusia Golkar malang melintangnya sebagai politikus. Masa 2004-2009 bagi dia adalah periode kelima duduk di kursi wakil rakyat.

Sebelum itu ia pernah tercatat, antara lain sebagai anggota Departemen Lingkungan Hidup ketika DPP KNPI periode 1984-1987 di bawah Ketua Umum Abdullah Puteh. Dalam Susunan Panitia Konvensi Golkar, ia juga tercatat sebagai anggota Badan Pelaksana pimpinan Oetojo Oesman.

Ia mengaku bisa bertahan dengan berbagai peran dalam organisasi itu karena ia punya motto hidup, “Setiap pekerjaan yang dibebankan ke saya adalah milik saya, sehingga saya bekerja, berbuat dengan sepenuh hati.” Karier politiknya, seperti dia rumuskan, berangkat dari pengusaha, masuk politik, penasihat partai, baru ke jabatan struktural.

Masalah mendasar Jakarta, menurut Ade, adalah perlunya diciptakan perencanaan yang tersistem. Misalnya ia sebut, DKI Jakarta perlu mempunyai rencana 25 tahun ke depan soal tata ruang. Sedang secara nasional, ia merindukan negara ini mampu mencapai swasembada pangan seperti di zaman Soeharto. Ia juga mendesak diciptakannya daya tarik bagi investor asing, serta peningkatan mutu sumberdaya manusia.

 Ia pun dalam soal KKN melihatnya secara hati-hati. “Semua bisa dikompromikan asal untuk tujuan yang positif,” katanya diplomatis. “Sesuatu yang memang menyangkut kepentingan posisi, bisa saja,” tambahnya.

Ade mewakili Partai Golkar dari wilayah pemilihan Jakarta Utara yang pada Pemilu 2004 meraih dukungan 65.863, sedangkan ia sendiri dicoblos oleh 10.480 pemilih. Caleg urutan 1 itu menjadi satu-satunya wakil Golkar Jakarta Utara karena suara yang diperoleh partai tersebut hanya bisa mewujud jadi satu kursi saja.

Ayah dari Detya Fajar Sari (28), Dewi Purba Sari (alm), dan M Dewa Brata RY (8) ini merasa bangga dengan keluarganya yang mendukung karier politiknya. Ia pun mendukung peran perempuan dalam politik. “Persoalannya adalah kultur harus dibangun, potensi, dan kuantitasnya yang berkualitas harus ditingkatkan,” kata anak ketiga dari 11 bersaudara pasangan Abdul Kirom Imam dan Siti Salha tersebut. (PUT)

Sumber: Buku Profil Parlemen Jakarta 2004 - 2009, KPU DKI Jakarta, 2005

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com