Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciliwung dari Mata Air ke Mata Air

Kompas.com - 17/01/2009, 06:19 WIB

Sabtu (17/1) ini, Tim Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009 memulai kegiatan menyusuri Ciliwung dan daerah alirannya. Ekspedisi ini dilakukan mulai dari beberapa lokasi sungai kecil pembentuk hulu sungai di daerah Puncak sampai ke muaranya di Teluk Jakarta. Kegiatan yang akan berlangsung selama sepekan ini bertujuan mengamati dan memotret berbagai fenomena hubungan antara Ciliwung, manusia dan budayanya, masalah sosial, serta potensi yang melingkupi sepanjang tepiannya.


Kenapa Ciliwung? Ciliwung merupakan sungai terpenting dan berpengaruh terhadap kehidupan penduduk Jakarta. Di antara 13 sungai yang melintasi Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta, Ciliwung merupakan sungai yang mengalir persis di jantung kota, melalui daerah-daerah permukiman yang paling padat.

Ciliwung, yang panjangnya lebih dari 100 kilometer, dibentuk dari penyatuan aliran puluhan sungai kecil di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Ciliwung mengalir melalui wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, juga Kota Depok, sebelum memasuki wilayah Jakarta.

Menurut para geolog, alur dan aliran Ciliwung di Jakarta terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan alam dataran rendah Jakarta dan sekitarnya sekitar 5.000 tahun silam. Bagian hulunya berumur lebih tua, terbentuk seiring dengan proses lahirnya daerah pegunungan dan dataran tinggi Bogor pada kala neozoikum, antara 6 juta dan 20.000 tahun lalu.

Dr Hasan Djafar, arkeolog Universitas Indonesia, mengatakan, sebagai sebuah sungai purba, Ciliwung menjadi saksi kehidupan manusia yang tinggal di sepanjang tepiannya dan menjadikannya sumber kehidupan sejak ratusan, bahkan ribuan, tahun silam.

Mengacu pada penelitian Hasan Djafar, Ciliwung telah disebut sebagai sarana transportasi utama sejak masa Sunda klasik. Hasan mengungkapkan, berdasarkan catatan perjalanan Bujangga Manik, perjalanan dari Kalapa (Pelabuhan Sunda Kelapa) ke ibu kota Kerajaan Sunda (sering disebut Pakuan Pajajaran) melalui Cihaliwung (sebutan Ciliwung pada masa Sunda klasik).

Hasan menegaskan, setidaknya ada 15 situs purbakala di sepanjang aliran Cihaliwung, yang menunjukkan adanya perkembangan peradaban manusia berbasis sungai. Beberapa situs ditemukan di daerah Depok, Condet, Cililitan, sampai daerah Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Di situs-situs itu ditemukan berbagai sisa kebudayaan manusia prasejarah, seperti kapak, beliung batu, gurdi, dan sisa-sisa barang gerabah. Semua dari masa sekitar 2.500 tahun silam.

Peran penting

Memasuki masa awal sejarah Indonesia, Ciliwung terus memainkan peran penting bagi kehidupan manusia. Pada zaman Kerajaan Sunda abad ke-10 hingga ke-16, di muara Ciliwung, yang berlokasi di daerah Jakarta Kota sekarang, telah berdiri Pelabuhan Kalapa. Cikal bakal Pelabuhan Sunda Kelapa ini termasuk salah satu pelabuhan terbesar kala itu di Nusantara.

Di Pelabuhan Kalapa inilah pada tahun 1522 terjadi perundingan persahabatan dan perdagangan internasional pertama di Nusantara, yakni antara Portugis dan kerajaan Sunda Hindu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com