JAKARTA, JUMAT — Melihat semakin banyaknya masyarakat miskin yang mengonsumsi rokok, pihak YLKI mendukung saran Lembaga Demografi UI untuk menaikkan harga cukai rokok. Demikian yang disampaikan oleh Tulus Abadi, pengurus harian YLKHI, di Jakarta, Jumat (27/2).
"Saat ini kita sungguh membutuhkan instrumen yang kongkret untuk mengendalikan pengonsumsian tembakau. Dengan dinaikkan cukai rokok, harga rokok akan naik dan menjadi barang mewah. Warga miskin pun akan berpikir berkali-kali untuk membelinya," jelas Tulus.
Tulus juga menyampaikan jika cukai rokok dinaikkan menjadi 57 persen, pendapatan negara yang tadinya Rp 40 triliun dapat meningkat menjadi Rp 100 triliun. "Dengan harga cukai dinaikkan, maka tambahan pendapatan negara akan bertambah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," jelas Tulus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi FEUI, tahun 2006 masyarakat miskin menghabiskan 11,89 persen dari pengeluaran mereka untuk membeli tembakau dan sirih. Urutan pertama untuk pengeluaran padi-padian.
Abdillah Ahsan, seorang peneliti dari Lembaga Demografi FEUI, memaparkan masyarakat miskin menghabiskan uang untuk rokok sebanyak 17 kali lebih banyak dari daging, 15 kali lebih banyak dari biaya kesehatan, 9 kali dari biaya pendidikan, 5 kali dari susu dan telur, dan 2 kali lebih besar dari ikan.
"Jika dana untuk membeli tembakau digunakan untuk membeli daging atau makanan lain yang bergizi, maka tingkat kesehatan masyarakat miskin akan terus meningkat," ujar Abdillah. (C5-09)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.