Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/03/2009, 09:32 WIB

Seiring dengan pelaksanaan Ekspedisi Kompas Ciliwung 2009, tanggal 16-22 Januari 2009 lalu, Kompas juga mengundang masyarakat turut berpartisipasi. Meski tidak turut terjun menyusuri sungai, warga Jabodetabek, khususnya mereka yang berusia 15-20 tahun, diundang untuk mengikuti lomba mengarang bertema ”Ciliwung Impianku”.

Dari 729 karya yang masuk, tiga di antaranya yang terpilih sebagai pemenang akan ditayangkan di Kompas.com mulai hari ini, Jumat (6/3). Selamat menikmati karya para pemenang.

 

SEBUTLAH satu nama sungai di Jakarta, maka Ciliwunglah yang pertama melesat di kepala kita. Sungai tempat orang membuang segala kebusukan diri, sekaligus tempat mandi dan mencuci.

Di mana lagi kita bisa menemukan MCK gratis kecuali di sepanjang Ciliwung? Sungai ini menghidupi kaum miskin meski setiap saat mereka harus bernegosiasi dengan kecemasan terseret banjir. Ciliwung dipandang jijik, tetapi bagi warga bantaran kali, Ciliwung memberi penghidupan.

Setiap kali saya melewati bantaran sungai di Manggarai yang dilintasi Ciliwung, saya selalu takjub melihat kegigihan manusia bertahan hidup di bangunan tripleks, disangga bambu, dan saling berdesakan di sepanjang bantaran sungai yang kumuh dan sumpek.

Di tepian sungai anak-anak mandi, para ibu mencuci. Di saat yang sama beberapa anak membuang hajat, hanya beberapa meter dari ibu yang sedang menggosok gigi dan berkumur air sungai. Inilah potret sehari-hari warga bantaran Ciliwung.

Bagi pelukis realis Dede Eri Supria, kekumuhan ini bisa jadi keindahan. Mungkin benar jika dilihat di atas kanvas dan memandangnya dari lobi sejuk gedung mewah.

Padahal, mengubah Ciliwung yang kotor dan bau menjadi sungai yang indah, bersih, dan layak dihuni manusia bukan hal mustahil. Lingkungan kumuh di sekitar bantaran sungai dapat dijadikan permukiman asri dan rapi, yang layak dihuni.

Rumah kumuh tempat tinggal mereka digusur demi keindahan sungai, keamanan, dan kesehatan warga sendiri. Itu memang alasan tepat, namun solusinya tidak.

Kita tak bisa begitu saja memindahkan mereka yang tinggal dan mendapat uang dari Ciliwung ke tempat baru. Di sini, yang perlu dilakukan adalah perbaikan lingkungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com