Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Flu Singapura!

Kompas.com - 15/04/2009, 16:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah kasus demam berdarah dengue (DBD), kini warga yang tinggal di wilayah Jakarta dan Depok kembali dihebohkan dengan munculnya penyakit "flu singapura". Gejala yang muncul tidak jauh brbeda dengan flu biasa yakni demam dan disertai sariawan dalam rongga mulut, tenggorokan meradang, dan muncul bercak-bercak hingga cacar air di kaki, telapak tangan, serta telapak kaki.

"Data dari Dinas Kesehatan DKI menyebutkan, pada Februari terhadap dua kasus flu singapura. Pada bulan Maret juga terdapat dua kasus penyakit serupa. Tapi, pada April sampai Rabu ini belum ada laporan kasus itu," papar Asisten Kesejahteraan Masyarakat (Askesmas) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Effendi usai menghadiri pemaparan hasil survei YLKI dan Fakta mengenai Pelanggaran Kawasan Dilarang Merokok di berbagai kantor pemerintah di DKI, di Jakarta Media Center (JMC), Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (15/4).

Dalam catatan Kompas, flu Singapura pernah menyerang salah seorang anak di Jakarta Selatan pada tahun 2004. Saat itu, satu sekolah asing terpaksa diliburkan dan diisolasi untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit tersebut (Kompas, 18 April). Kasus flu singapura kembali muncul tahun 2007 dan menyerang anak di Jakarta Timur (Kompas, 5/9).

Anas mengimbau, warga harus waspada terhadap penyakit flu Singapura yang terjadi di Jakarta pada bulan Februari dan Maret serta saat ini sudah menjangkiti beberapa warga Depok, Jawa Barat.

"Penyakit menular melalui kontak langsung, batuk, urine, dan feces ini banyak menyerang bayi dan anak-anak. Penularannya sangat cepat. Namun, penyakit ini tidak mematikan," kata Anas di Jakarta Media Center, Jakarta Pusat, Rabu (15/4).

Namun dalam kasus flu Singapura, si penderita mengalami sariawan, bibirnya pecah-pecah, lidah dan tenggorokannya meradang. Selain itu, pada kulit si penderita terdapat bercak lebar-lebar warna merah.

Menurut Anas, penyakit flu Singapura dibawa masuk oleh mereka yang masuk ke Indonesia setelah berpergian atau berlibur dari luar negeri. Masa inkubasi selama tujuh hari. Penyakit ini dengan cepat menular melalui udara, percikan air liur, urine, feses, dan bersentuhan langsung dengan penderita.

"Jika ada warga yang mengalami gejalan-gejala tersebut segeralah mendatangi puskesmas atau dokter agar segera diambil tindakan," tandas Anas.

 

Puskesmas

Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat (Sudin Kesmas) Jakarta Pusat Hakim Siregar mengimbau, seluruh puskesmas di Jakarta Pusat harus mewaspadai penyebaran penyakit itu. Jika ada warga di satu wilayah yang suspect, kata Hakim, petugas kesehatan dari puskesmas diminta langsung mengambil tindakan cepat mengirim tenaga medis untuk memastikan. Jika sudah pasti, langsung melokalisir daerah tersebut untuk memastikan virus tak menyebar.

Hakim mengatakan, hingga kini pihaknya terus melakukan koordinasi dan melakukan deteksi dini dengan Dinkes DKI Jakarta guna mencegah masuknya penyakit ini ke wilayah Ibukota.

Hakim memastikan, tindakan preventif selalu dilakukan sehingga penyakit flu Singapura belum pernah ditemukan kasusnya di Jakarta Pusat. Karena itu, pihaknya menghimbau kepada masyarakat jika mengalami gejala-gejala penyakit mirip flu Singapura, maka segera periksa ke Puskesmas terdekat untuk secepatnya diambil tindakan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com