Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tata Ruang Jakarta Memicu Stres

Kompas.com - 01/10/2009, 17:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai kota metropolitan, Jakarta memiliki banyak masalah. Sebutlah banjir di musim hujan, krisis air tanah yang makin mengkhawatirkan, polusi udara yang tinggi, kemacetan lalu lintas, serta melonjaknya kaum urban di Jakarta. Dengan segala masalah ini, warga Jakarta lebih rentan terkena stres.

Stres menjadi salah satu gangguan kejiwaan yang sering dialami warga Jakarta. Berdasarkan riset dari Strategic Indonesia yang diungkapkan dalam talkshow "Carut Marut Kota Jakarta, Picu Tingkat Stres", dari total jumlah pasien puskesmas se-Jakarta tahun 2007, warga Jakarta yang mendapat perawatan akibat stres mencapai sekitar 1,4 juta jiwa.

"Gejala tersebut bervariasi dari stres hingga berkembang jadi gangguan kejiwaan ringan sampai berat," ujar Dr Ratna Mardiyati, SpKj, direktur Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan yang menjadi pembicara dalam talkshow, Kamis (1/10).

Bila dirunut lebih jauh, penyebab stres ini antara lain berakar pada carut marutnya tata ruang di Jakarta. Masalah lingkungan dan tata ruang kota yang tidak terbenahi memperburuk tingkat stres.

Menurut Firdaus Cahyadi, pengamat lingkungan hidup dari Satu Dunia, tata ruang kota Jakarta yang diatur dalam PerDa Jakarta No. 6 Tahun 1999 menjadikan Jakarta sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pemerintahan. Segala aktivitas ekonomi menuntut pemerintah untuk terus membangun kota Jakarta sebagai kawasan komersial.

"Berbagai kawasan komersial dan pusat perbelanjaan dibangun tanpa mempertimbangkan keseimbangan tata ruang kota Jakarta. Kawasan resapan air dan ruang terbuka hijau semakin sempit," papar Firdaus dalam acara yang sama. "Rencana Induk Jakarta 1965-1985 yang memperuntukkan kawasan seluas 729 hektare sebagai lapangan hijau, kini diubah menjadi pusat perbelanjaan dan perkantoran di daerah Senayan."

Akibat dari pembangunan tersebut, unsur-unsur penghasil oksigen berkurang, sehingga menjadikan masyarakat lebih sensitif dan mudah emosional. Masyarakat juga tidak mendapatkan ruang untuk bersantai dan bersosial, sehingga tak mengherankan gangguan kejiwaan makin meningkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com