Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meruwat Candi Ngempon

Kompas.com - 07/10/2009, 10:59 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com – Di Kabupaten Semarang, di Bergas, tepatnya di Dusun Ngempon, sebuah peninggalan kejayaan perabadan Hindu di Indonesia tercecer di tengah sawah.  Tahun 1952 cangkul seorang petani bernama Kasri mengantuk bebatuan.  Batu-batu polos berbentuk persergi ditemukan terkubur di sawah yang digarapnya. Saat mencangkul pun ia kerap menemukan aneka patung.

Usut punya usut, di lahan seluar 52 x 39 meter persegi terkubur kompleks candi Hindu. Pada tahun itu juga Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang membebaskan lahan kasri.  Kala itu harga tanah masih Rp 90. Sejak tahun 1966 – 199 Kasri pun menjadi juru  kunci kompeks candi itu. Ia pensiun tahun 1999 dan digantikan anak bungsunya Pariyanto.

Saat ditemukan batu-batu candi dalam keadaan rusak karena tertimbun tanah selama ratusan tahun.  Satu per satu batu-batu itu disusun kembali. Dinas Purbakala mendapati ada sembilan titik pondasi bangunan candi. Namun, hingga kini baru empat candi yang berhasil dipugar.

Jejak peradaban Hindu di Jawa Tengah sebenarnya banyak ditemukan tercecer di sana-sini. Selain Candi Ngempon,  ada juga Candi Gedong Songo di Bandungan, Kabupaten Semarang. Kedua candi ini termasuk yang paling terawat.  Mereka yang menyukai wisata sejarah dapat menjelajai wilayah Semarang menyambangi candi demi cand. Hanya sayang, belum ada informasi yang mendukung mengenai latar belakang candi-candi tersebut.

Belakangan Candi Ngempon kembali menarik perhatian masyarakat. Tak jauh dari sana ditemukan pemandian air panas. Ada juga situs petirtaan kuno yang masih dalam proses pemugaran.

Ruwatan

Jejak-jejak sejarah dari masa lalu ini tak pelak merupakan potensi yang layak untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata setempat.  Sekelompok masyarakat yang memiliki perhatian terhadap kompleks Candi Ngempon pun berniat untuk melakukan ruwatan.

Ketua Paguyuban Pecinta Cagar Budaya  (PPCB) Ratu Sima Jateng yang juga Ketua Sanggar Gedong Songo Kabupaten Semarang, Sutikno, di Ungaran, Selasa (6/10), mengatakan, ruwat candi itu rencananya pada 14 Oktober 2009.
     
"Event itu untuk pengembangan kepariwisataan di Candi Ngempon. Candi sebagai tempat ibadah umat Hindu memiliki potensi wisata yang besar sebagaimana di Bali," katanya. Menurut dia, kegiatan itu juga untuk menghidupkan nuansa kultural atas candi tersebut.
     
Ia menjelaskan, berbagai persiapan Ruwat Candi Ngempon antara lain melalui pembersihan secara fisik bangunan itu oleh petugas dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng dan pembersihan secara spiritual oleh pihak Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jateng.
     
"Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama dan Bupati Semarang akan hadir dalam acara tersebut," katanya.
     
Pihaknya bekerjasama dengan PHDI Jateng dan warga sekitar candi, serta meminta izin kepada BP3 Jateng untuk kelancaran kegiatan tersebut. Pihaknya juga menjalin komunikasi secara intensif dengan warga setempat terkait partisipasi mereka dalam kegiatan itu.
     
"Sehingga mereka juga tidak merasa terganggu dengan adanya ritual agama itu. Hal itu juga untuk kepentingan masyarakat sekitar," katanya.
     
Ia mengatakan, potensi pengembangan kepariwisataan di kawasan Candi Ngempon relatif besar. Di sekitar Candi Ngempon, katanya,  baru saja ditemukan lokasi pemandian kuno dengan sumber air hangatnya di Derekan, Pringapus yang berjarak sekitar seratus meter dari lokasi candi itu.
     
Ketua II PHDI Jateng, Kasiyanto, mengatakan, pembersihan candi baik secara fisik maupun spiritual perlu dilakukan agar candi itu terkesan hidup atau memiliki jiwa dan aura.
     
"Kami akan melakukan ritual Pamarisudo Candi Ngempon atau pembersihan spiritual candi agar keluar aura, dan kebetulan bertepatan dengan Hari Galungan," katanya.
     
Ia mengharapkan, ruwat candi itu berdampak terhadap peningkatan kunjungan wisata dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com