Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koin Prita dan Kepercayaan Masyarakat

Kompas.com - 27/12/2009, 08:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai orang tua dan pensiunan guru, saya terharu dengan gerakan koin Prita yang menurut saya merupakan cerminan keberpihakan masyarakat luas kepada Prita. Dia adalah ibu rumah tangga yang ingin memelihara kesehatan dengan memilih dokter dan rumah sakit yang dipercayai dapat menolongnya. Namun, yang terjadi adalah dia harus menghadapi tuntutan pidana maupun perdata.

Sejauh ini dokter telah mengampanyekan perlunya komunikasi dokter-pasien. Namun, menurut saya, gerakan koin Prita telah menunjukkan ketidaksetujuan masyarakat luas terhadap berbagai tindakan pihak rumah sakit dan dokter yang mengobatinya. Menurut saya, ini adalah masalah serius. Jika masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap rumah sakit atau dokter, maka apa yang selalu didengungkan tentang pentingnya komunikasi antara dokter dan pasien menjadi slogan hampa.

Bagaimana sikap profesi kedokteran mengenai kasus Prita? Adakah upaya untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran? Selama ini saya kurang menangkap upaya nyata profesi kedokteran terhadap kasus ini. Padahal, menurut saya, kalangan dokter harus segera melakukan introspeksi dan berusaha untuk memperbaiki citra agar kepercayaan masyarakat terhadap dokter dan rumah sakit baik kembali.

Kita semua akan rugi jika profesi dokter yang selama ini masih baik di mata masyarakat menjadi luntur. Kepada siapa lagi masyarakat dapat meminta pertolongan jika mereka sakit? Ke mana mereka akan meminta perawatan jika mereka sudah tidak lagi memercayai layanan rumah sakit?

KN di D

Gerakan koin Prita menyadarkan kita semua bahwa masyarakat tidak tinggal diam menghadapi ketidakadilan. Sebagai anggota profesi kedokteran, saya juga merasa profesi kedokteran secara keseluruhan perlu mengevaluasi pelayanan kedokteran secara sungguh-sungguh.

Saya ingin menceritakan suatu pertemuan pada tanggal 3 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pertemuan tersebut dalam rangka memperingati ulang tahun rumah sakit, serta mengenang tokoh dr Cipto Mangunkusumo yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit umum nasional kita.

Pembicara pada pertemuan tersebut adalah Prof Supartondo dan Pak Des Alwi. Hadirin yang sebagian besar adalah tenaga kesehatan banyak yang baru menyadari perjuangan dr Cipto Mangunkusumo. Keberaniannya dalam menyelamatkan masyarakat dari wabah pes di Pulau Jawa waktu itu sangatlah mengharukan. Para dokter Belanda takut terjun ke lapangan menghadapi pes karena khawatir akan tertular pes. Namun, dr Cipto Mangunkusumo terpanggil untuk menolong masyarakat dan berani mengambil risiko, termasuk risiko tertular.

Menurut Des Alwi, ketika dr Cipto Mangunkusumo diasingkan di Pulau Banda, beliau membawa seorang anak perempuan yang kedua orangtuanya meninggal karena wabah pes di Jawa. Peristiwa tersebut menggambarkan betapa akrabnya dokter dengan masyarakat. Apakah para dokter sekarang ini masih peduli kepada masyarakat ataukah sudah berubah?

Banyak pemberitaan yang menyebabkan kita berkesimpulan bahwa telah terjadi perubahan dalam hubungan dokter dan masyarakat, terutama di kota besar. Hubungan saling peduli, saling menghormati, dan saling memercayai sebagian telah berubah menjadi hubungan konsumen dan penyedia jasa. Pasien membayar jasa dokter untuk layanan yang diterimanya. Sementara, dokter melayani pasien sebagaimana melayani konsumen. Dasar hubungannya lebih mengutamakan uang dan bukan kepedulian untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com