Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LP Cipinang Sarang Pungutan Liar

Kompas.com - 14/01/2010, 12:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Hidup di penjara tidak mudah bagi mereka yang tidak punya uang. Yang harus pusing dengan urusan duit, tidak hanya mereka yang ditahan tapi juga pihak keluarga. Itulah pengakuan Ngatono (45), orangtua DK (19) terpidana lima bulan penjara dengan tuduhan sebagai penadah sepasang sandal (baca: Sepasang Sandal Pembawa Petaka).

Saat ditemui di rumahnya, di Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (13/1/2010),  Ngatono mengatakan bahwa kehidupan yang dialami DK di LP Cipinang tidak mudah. Saat ada yang membesuknya, DK harus membayar sejumlah uang sekitar Rp 250.000. Uang ini digunakan untuk keperluan menyewa rompi sebesar Rp 20.000 hingga Rp 25.000. Dan sisanya, untuk membayar pungutan di setiap pintu yang dilewatinya saat harus keluar sel guna menemui penjenguknya. Total jenderal, ada 10 pintu.

Padahal, rompi tersebut selayaknya merupakan fasilitas yang diberikan oleh negara dan seharusnya gratis digunakan oleh para napi. "Rompinya itu tidak pernah dicuci, jadi kalau menjenguk itu baunya minta ampun, harusnya kan gratis," cerita Ngatono.

Karena itu, saat menjenguk DK, Ngatono atau istrinya Nurbaina Lubis (43) harus menitipkan uang sebesar Rp 250.000 itu kepada DK melalui seorang petugas. Kalau tidak ada uang itu, jangan harap DK bisa keluar bertemua keluarganya.

Ngatono mengaku, uang tersebut terbilang besar bagi keluarganya. Dirinya hanya bekerja sebagai tenaga bersih-bersih di SMU Unggulan, Bambu Apus, Jakarta. Gaji per bulannya hanya sebesar Rp 750 ribu.

Sedangkan istrinya, hanya menjadi tenaga pengajar di sebuah lembaga Pendidikan Usia Dini atau PAUD di gang Inpres, Kramat Jati, dengan upah Rp 200 ribu. Gaji keduanya saja masih cekak untuk kebutuhan keluarga dan tiga anaknya yang lain.

"Sudah dua minggu ini tidak membesuk. Kalau rejekinya lagi ada saja. Kadang pinjam tetangga kanan dan kiri. Saya juga tidak ngasih (tidak memberi izin) teman SMA anak saya yang mau menjenguk. Karena kalau mereka enggak ngasih uang, kan kasihan anak saya," ungkapnya.

DK merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Anak pertama Ngatono, Adimas Anggoro (24) merupakan tenaga kerja outsourcing di sebuah studio foto. Adimas baru mendapat kerja beberapa bulan lalu. Kemudian anak ketiganya, Karina Larasati (15) masih bersekolah di SMK Wijaya Kusuma Ciracas. Dan anak bungsunya, Andini Rizkina belum sekolah karena masih berumur 5 tahun.

Urusan duit tidak hanya dialami DK saat ada yang menjenguknya. Urusan sehari-hari di dalam LP Cipinang pun sarat dengan aneka pungutan.

-bersambung-
(Di Penjara Masuk Sel Pun harus Bayar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com