TANGERANG, KOMPAS.com — Penggusuran di permukiman China Benteng, Tangerang, tentunya akan menimbulkan dampak yang berkepanjangan bagi warga yang menjadi korbannya. Salah satunya adalah seorang ibu bernama Nur, warga komunitas China Benteng yang berlokasi di Jalan Pembangunan, Sewan, Tangerang.
"Saya sudah tinggal 20 tahun di sini. Tapi tiba-tiba diusir seenaknya. Masa manusia diperlakukan seperti ini?" ujarnya kepada Kompas.com di lokasi unjuk rasa, Selasa (13/4/2010).
Nur sendiri menjual nasi uduk, mi, bihun, dan makanan lainnya untuk bertahan hidup bersama keluarganya.
"Suami saya dulu kerja di pabrik, tapi terkena PHK. Jadi, saya berdagang untuk bisa bertahan, sambil dibantu oleh suami saya," ujarnya.
Nur mengakui, dirinya belum sanggup untuk membeli rumah baru jika digusur sekarang. "Untuk modal dagang saja masih susah, apalagi beli rumah," katanya.
Dia juga menyayangkan keputusan penggusuran yang tidak memberikan ganti rugi kepada warga. Setelah mendapatkan surat peringatan dari kecamatan beberapa hari lalu, ibu empat anak itu berhenti berdagang karena takut sewaktu-waktu rumahnya digusur tanpa sepengetahuannya.
"Apalagi, saya masih memiliki anak kecil. Kalau ditinggal di rumah, lalu ada penggusuran, saya mau gimana?" keluhnya.
Nur menegaskan akan bertahan di lokasi unjuk rasa sampai ada pemecahan masalah yang tidak menyusahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.