Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tata Niaga Elpiji Perlu Dibenahi

Kompas.com - 18/06/2010, 03:54 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah diminta membenahi tata niaga gas, terutama elpiji bersubsidi, sehingga tidak mudah disimpangkan orang yang hanya bertujuan mencari keuntungan semata. Pertamina disarankan mengetatkan pengawasan distribusi dan penjualan elpiji dari agen.

Hal itu dikatakan Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik Sofyano Zakaria, Kamis (17/6), menanggapi pengungkapan praktik penyuntikan elpiji dari tabung elpiji bersubsidi ke tabung elpiji nonsubsidi di Kota Bekasi.

Menurut Sofyano, penyimpangan elpiji bersubsidi rentan terjadi di tingkat pangkalan atau pengecer di toko ataupun warung karena penjualannya tidak diawasi. ”Dalam aturan tata niaga saat ini, Pertamina hanya bertanggung jawab mengawasi distribusi elpiji sampai di tingkat agen, Pertamina tidak memiliki perangkat ataupun kemampuan untuk mengawasi penjualan elpiji di tingkat pangkalan atau pengecer,” katanya.

Secara terpisah, Vice President Corporate Communications PT Pertamina Basuki Trikora Putra mengatakan, Pertamina tidak dapat mengawasi penjualan elpiji di tingkat pangkalan ataupun pengecer karena penjualan gas di tingkat pangkalan dan pengecer berada di luar sistem tata niaga. Pengawasan Pertamina juga tidak menjangkau gudang-gudang ilegal, seperti yang ditemukan di Bantargebang, Kota Bekasi.

”Gudang elpiji di Bekasi itu bukan agen resmi Pertamina dan tidak terdaftar di Pertamina, tetapi kami akan menyelidiki asal barang (elpiji bersubsidi) yang ditemukan (di gudang di Bantargebang),” kata Trikora.

Dari hasil pengungkapan praktik penyuntikan elpiji dan penggerebekan gudang tabung elpiji di Kampung Bantargebang Pangkalan I, Bantargebang, polisi menyita 2.200 lebih tabung elpiji, mulai dari tabung elpiji isi 3 kilogram, 12 kilogram, dan 50 kilogram. Polisi memeriksa sekitar 27 karyawan gudang, mulai dari petugas penyuntik elpiji, sopir, kenek, serta kuli.

Sampai saat ini belum diperoleh keterangan mengenai pemilik gudang elpiji di Pangkalan I Bantargebang tersebut.

Tabung jelek

Sementara itu, warga RT 06 RW 05 Kelurahan Utan Panjang, Kemayoran, Jakarta Pusat, dikejutkan oleh suara mendesis keras dari tabung isi 3 kilogram di rumah Linda pada hari Kamis.

Suara mendesis dari tabung itu keluar setelah Linda mencabut regulator dari tabung. ”Ketika itu saya baru selesai masak. Kami terbiasa mencabut regulator dari tabung gas setelah selesai memasak. Tiba-tiba saja terdengar bunyi mendesis yang kencang. Bunyi itu seperti suara air yang mengalir kencang,” ucap Linda yang juga tidak mencium bau gas dari tabung yang diduga bocor itu.

Beruntung, saat itu tidak ada api sehingga tidak terjadi kebakaran atau ledakan yang keras. Tabung itu segera dibuang ke selokan di depan rumah.

Warga ketakutan mendekati rumah itu karena mereka masih merasa trauma setelah ledakan gas sebelumnya yang terjadi di rumah M Soleh (50), yang berjarak 50 meter dari rumah Linda, yang mengakibatkan Soleh meninggal. (cok/art)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com