Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada! Penipuan Undian Berhadiah Marak

Kompas.com - 09/08/2010, 13:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin maraknya penipuan bermodus kupon berhadiah rupanya mendapat perhatian khusus dari Kementerian Sosial RI. Karena itu, Kemensos bersama dengan 12 perusahaan swasta mencanangkan kampanye nasional Waspada Penipuan Undian Berhadiah untuk meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap penipuan.

"Kampanye Waspada Penipuan Undian Berhadiah ini merupakan format baru corporate citizenship bentuk baru yang sudah dilakukan sejak 2007 ini wadah penting sekali dalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap aksi penipuan," ujar Mensos Segaf Al Jufri, Senin (9/8/2010), di Jakarta.

Kampanye dilakukan dengan menempel seribu poster di sejumlah tempat strategis, aksi damai di bundaran HI, pemasangan iklan layanan masyarakat, dan program sosialisasi di salah satu televisi.

Pada kampanye ini, Kemensos bekerja sama dengan Kraft Foods Indonesia, PT Pos Indonesia, PT Santos Jaya Abadi, PT Unilever Indonesia Tbk, Indonesia Mobile Multimedia Association (IMMA), PT Total Chemindo Loka, PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Nestle Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia, PT Kao Indonesia, PT Garuda Food, dan PT Sari Husada.

"Peningkatan kasus penipuan dengan variasinya dari tahun ke tahun terus membuat kami prihatin. Aksi penipuan ini sangat merugikan baik secara moral maupun material," ujar menteri di acara peluncuran kampanye Waspada Penipuan Undian Berhadiah.

Berdasarkan data yang diterima Kemensos dan perusahaan, laporan masyarakat tentang penipuan berkedok undian berhadiah pada tahun 2008 sebanyak 83.568, tahun 2009 berjumlah 43.5370, sedangkan pada tahun 2010 periode Januari-Juni mencapai 31.000 berasal dari seluruh Indonesia.

Modus yang dilakukan pelaku seperti melalui surat, kupon palsu dalam produk, SMS, telepon, kurir yang kerap terjadi di pelosok dan di perkotaan dengan iming-iming hadiah berupa mobil atau uang. Masyarakar diperdaya untuk menyerahkan sejumlah uang sebagai dalih pajak atau biaya lainnya untuk menebus hadiah.

"Kasus penipuan ini di tahun 2005-2008 kebanyakan terjadi di Pulau Jawa. Sedangkan setelah itu hingga 2010, tren penipuan beralih ke wilayah Timur Indonesia," ujar Mensos.

Perubahan tren tersebut, menurutnya, terjadi karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat di wilayah Pulau Jawa dan masih minimnya akses informasi tentang modus penipuan ini di wilayah Indonesia Timur.

"Kota-kota kecil sering menjadi target karena mudah tergiur hadiah karena ketidaktahuan," ujarnya.

Selain itu, Salim Segaf menjelaskan, maraknya kasus penipuan juga terjadi karena tiga hal, yakni makin banyak promosi untuk meningkatkan citra produk, terbatasnya jumlah penyidik PNS, masih lemahnya komitmen korporasi untuk memberantas kasus ini secara berkelanjutan, serta makin menguatnya pola pikir masyarakat yang serba instan.

"Di sini kami ingin tegaskan, masyarakat harus waspada, jangan mudah tergiur. Bertanggung jawablah pada uang Anda," kata Mensos.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com