Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memang Semua Pria Pelaku Pelecehan?

Kompas.com - 05/09/2010, 07:18 WIB

KOMPAS.com — Kereta rel listrik atau KRL Ekonomi AC Ciujung jurusan Tanah Abang-Serpong datang tepat waktu di Stasiun Palmerah pukul 17.55, Agustus lalu. Pintu gerbong terbuka, belasan laki-laki berbaju kantoran berebut masuk ke gerbong paling belakang. Gerbong yang biasanya penuh penumpang itu kali ini lengang. ”Nyaman juga kalau kereta kosong seperti ini,” kata seorang laki-laki penumpang.

Belum satu menit kalimat itu keluar, tiga petugas KRL meminta penumpang laki-laki pindah ke gerbong lain. ”Maaf, ini gerbong khusus perempuan. Aturan ini berlaku mulai hari ini,” kata seorang petugas.

Penumpang laki-laki yang berada di gerbong itu pun kaget. Rupanya ia baru sadar. Ketika mereka menoleh ke kiri kanan, ternyata para penumpang perempuan semua. Satu per satu mereka malu-malu berpindah gerbong. Namun, ada yang ngotot duduk di gerbong khusus perempuan itu sambil ngedumel.

”Aturan apaan, nih. Masak gerbong kosong enggak boleh diduduki,” kata penumpang laki-laki bertubuh tambun.

Petugas KRL tidak menjawab, tetapi mendesak laki-laki itu pindah ke gerbong lain. Dengan wajah masam, akhirnya Si Tambun itu beringsut ke gerbong umum. Di gerbong umum itu, ia tidak dapat tempat duduk. Pak Tambun harus berdiri bersama penumpang laki-laki lainnya. Dalam suasana hati yang dongkol itu, Pak Tambun rupanya melihat ada perempuan di gerbong pria. Maka, dia pun mengoceh lagi.

”Perempuan yang duduk di sini pindah dong ke gerbong perempuan. Itu baru adil,” katanya sambil melirik seorang perempuan yang duduk di antara penumpang laki-laki.

Mendengar protes penumpang itu, petugas KRL jadi serba salah. Dia menghampiri perempuan itu dan memintanya pindah ke gerbong khusus perempuan. Tetapi, perempuan itu menolak pindah.

Gimana mau pindah, dia mungkin lagi pacaran sama lelaki di sebelahnya,” timpal laki-laki itu.

Aturan baru itu memang minim sosialisasi. Petugas stasiun, misalnya, tidak mengumumkan adanya gerbong perempuan kepada penumpang.

”Ini diberlakukan karena di KRL sering terjadi pelecehan seksual terhadap perempuan,” kata petugas KRL.

”Kalau begitu, tangkap saja pelaku pelecehan seksual itu. Kami laki-laki tersinggung. Memangnya semua laki-laki pelaku pelecehan seksual?” sambar penumpang itu.

Soal gerbong khusus perempuan itu selanjutnya menjadi topik hangat di sepanjang perjalanan Palmerah-Serpong. Ada penumpang yang mendiskusikan aturan ini secara lebih akademik. ”Ini bentuk segregasi sosial,” katanya. (BSW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com