Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Ambles Bukan karena Abrasi

Kompas.com - 23/09/2010, 12:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Amblesnya sebagian badan Jalan RE Martadinata di Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidak disebabkan adanya abrasi air laut yang menggerus tanah di bawahnya.

Pendapat tersebut disampaikan Otto SR Ongkosongo, peneliti ahli dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Otto menduga amblesnya badan jalan sepanjang 103 meter tersebut diakibatkan kurang kuatnya konstruksi jalan yang dibuat berlapis-lapis di atas urukan tanah.

Berdasarkan kondisi di lapangan, lapisan jalan paling bawah berupa beton setebal 10-15 sentimeter, diikuti lapisan-lapisan lain berupa aspal, kerikil, dan juga beton. Lapisan pertama ini tak diperkuat tulang-tulang atau pondasi di bawahnya. Padahal, tanah di bawahnya merupakan lumpur atau lempung lunak basah sedalam 15 meter.

Tanah yang menjadi dasar lapisan jalan tersebut tidak kuat menahan beban jalan yang sudah berkali-kali ditinggikan. Adapun beban atau tekanan dari kendaraan di atasnya ataupun beban jalan itu sendiri diperkirakan mencapai lebih dari 10 ton per meter persegi. Akibatnya, jalan tak mampu menahan beban di atasnya.

"Jalan amblong (ambles) karena badan jalan melampaui titik kritis daya dukungnya dalam memangku transportasi kendaraan, khususnya kendaraan berat, dalam frekuensi yang tinggi," sebut Otto dalam surat elektroniknya kepada Kompas.com, Kamis.

Lebih parahnya lagi, kata Otto, lapisan jalan tersebut tidak dilindungi struktur penahan di samping jalan. Penahan ini antara lain berfungsi untuk mencegah terjadinya longsor ataupun penggerusan tanah, baik akibat arus air maupun beban di atas jalan.

Otto memastikan penyebab longsornya tanah di bawah jalan tersebut bukan berasal dari gerusan air maupun pasang surut air laut. Tidak juga oleh fenomena amblesnya permukaan tanah di Jakarta, yang antara lain disebabkan oleh pengambilan air tanah dalam yang melebihi batas.

"Tidak tampak faktor penyebab utama yang berupa erosi, abrasi, pengaruh gelombang laut, penyusupan air asin, amblesan Jakarta, kenaikan muka air laut, pasut, rusaknya ekosistem mangrove, kesalahan penataan ruang, dalam kejadian bencana amblongnya tanah ini," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com