Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, misalnya, warga harus rela antre lebih dari lima jam setiap hari untuk mendapatkan bahan bakar, terutama jenis solar. Antrean panjang kendaraan di pinggir jalan menuju ke setiap
Menurut sejumlah warga, antrean panjang di SPBU itu sudah berlangsung enam bulan, dan belum ada tanda-tanda akan mereda.
”Panjang antrean yang harus saya lalui sekitar 500 meter. Seminggu sekali harus ke SPBU dan antre hingga sekitar tujuh jam,” kata Sahrudin, warga Palangkaraya, Senin (23.5), yang mengaku antre sejak pukul 06.00, tetapi baru mendapat giliran pukul 13.30.
Ironisnya, di sejumlah tempat di Palangkaraya banyak penjual bensin dan solar eceran dengan harga lebih mahal, sekitar Rp 6.000-Rp 7.000 per liter untuk bensin dan Rp 8.000-Rp 9.000 per liter untuk solar.
Menurut Sahrudin yang bekerja sebagai sopir kendaraan pengantar kebutuhan pokok, antrean panjang tak hanya terjadi di Palangkaraya.
”Di berbagai kabupaten di Kalteng seperti Barito Selatan dan Kapuas juga antre,” katanya.
Wali Kota Palangkaraya Riban Satia mengungkapkan, antrean panjang itu dipicu ulah para pedagang eceran. Ia berjanji akan menertibkan para pengecer.
Menurut Riban, pihaknya sudah membentuk tim gabungan untuk mengendalikan antrean BBM pada akhir pekan lalu, terdiri atas Pemerintah Kota Palangkaraya, kepolisian, dan DPRD Palangkaraya.
”Tim sudah turun ke lapangan dan antrean pembeli BBM kini berkurang,” kata Riban.