Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekeluarga di Depok Tewas Terinfeksi HIV

Kompas.com - 28/06/2011, 08:52 WIB

DEPOK, KOMPAS.com — Sebuah keluarga di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, terdiri dari ayah, ibu, dan anak, tewas karena terinfeksi HIV (human immunodeficiency virus).

“Zh diketahui menderita HIV setelah dirinya melakukan cek darah dan mendapat perawatan di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, selama 12 hari,” kata Nenek Zh, Nyaimanih, di Depok, Senin (27/6/2011).

Adapun Zh yang saat ini berusia enam tahun terinfkesi HIV sejak tiga tahun lalu. Nyai menduga anak dan dua cucunya terkena penyakit tersebut dari ayahnya yang merupakan pencandu narkoba jarum suntik.

“Dalam waktu dua tahun saya kehilangan tiga orang anggota keluarga. Menantu, anak, dan cucu,” katanya.

Dilansir Antara, tiga anggota keluarga tersebut meninggal dunia akibat penyakit tersebut, yaitu Rdw ayah Zh, Mr ibu Zh, dan Mt kakak Zh.

“Ayahnya meninggal saat Zh usia enam bulan. Tidak lama kakaknya juga meninggal. Setelah itu baru ibunya meninggal dunia. Sekarang Zh tinggal bersama saya dan kakeknya saja,” kata Manih. “Ketika dokter menyatakan penyakit tersebut saya sangat sedih sekali,” katanya dengan linangan air mata.

Nyaimanih mengatakan, gejala awal, Zh yang berusia enam tahun adalah panas yang tinggi, pusing, susah bernapas, dan mulutnya berjamur.

Menurut dia, pengobatan yang dilakukan adalah diuap dan hilang putih-putih di mulutnya. “Dia harus minum obat seumur hidup. Penyakitnya sama seperti orangtua dan kakaknya yang meninggal,” paparnya.

Selama menjalani perawatan, biaya pengobatan Zh ditanggung keluarga dan harus membayar Rp 700.000 dari total keseluruhan tagihan yang mencapai Rp 4,7 juta.

Cucunya tersebut harus berobat rutin setiap bulan. Manih bersyukur cucunya mendapat bantuan berobat dari Pemerintah Kota Depok melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) sejak enam bulan lalu.

“Namun karena sudah habis masa berlakunya, sekarang harus berobat pakai uang sendiri dan sudah habis Rp 1,1 juta,” ujarnya.

Biaya tersebut, katanya, sangat memberatkan kehidupannya karena suami Nyaimanih hanya seorang buruh tani yang penghasilannya sangat jauh dari cukup untuk keperluan sehari-hari. Dia berharap cucunya dapat bertahan hidup lebih lama dan berharap bantuan dari donatur untuk berobat cucunya.

Ketika ditemui di rumah tersebut, Zh tampak ceria tanpa beban saat bermain bersama teman-teman sebayanya. “Dia itu anak yang periang. Berat badannya juga saat ini terus naik dan mencapai 16 kiloggram,” ujar Nyaimanih. (Surya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com