Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadang Tukang Ojek Pun Jadi Penghulu

Kompas.com - 04/07/2011, 13:45 WIB

BOGOR, KOMPAS.com — Jarum jam menunjukkan pukul 21.30. Namun, suasana di sebuah perkampungan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, terasa begitu sepi. Warga yang tinggal di kampung itu sebagian besar sudah kembali ke tempat peraduannya. Hanya terlihat beberapa pemuda yang nongkrong di sebuah warung kopi yang masih terjaga.

Sesekali tukang ojek melintas di jalanan selebar enam meter yang sebagian aspalnya sudah terkelupas. Malam itu begitu cerah, padahal beberapa hari sebelumnya, wilayah Bogor kerap diguyur hujan deras. Namun, malam itu hawa dingin kawasan Puncak terasa begitu menusuk tulang.

Untuk menghalau rasa dingin, sebuah jaket tebal cukup untuk menghangatkan tubuh ini. Di sebuah vila yang letaknya cukup jauh dari jalan besar, samar-samar terdengar musik berirama padang pasir.

Penasaran dengan alunan musik itu, Warta Kota mencoba untuk lebih dekat dengan sumber suara. Mendekati lokasi vila itu, sebut saja villa T, suara musik yang dimainkan menggunakan organ tunggal semakin menusuk telinga. Suara musik yang cukup keras itu bercampur teriakan-teriakan kecil dari sekelompok pria dan beberapa wanita.

Diiringi alunan musik khas Timur Tengah, mereka dengan gembiranya menari-nari sambil menggoyangkan tubuhnya. Beberapa wanita yang berbaur dengan pria itu tak mau kalah lincahnya. Bahkan, sesekali wanita itu memeragakan goyangan yang cukup erotis. Untuk menambah semangat pesta malam itu, tak lupa mereka menyiapkan minuman beralkohol.

Pesta yang dilakukan sekelompok pria Timur Tengah dengan beberapa wanita pribumi itu sudah menjadi pemandangan rutin setiap malam di daerah tersebut. Memasuki bulan Mei hingga Agustus, hampir sebagian dari vila-vila di Desa Tugu Utara dan Selatan, dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Cisarua, selalu dipenuhi pendatang asal Timur Tengah.

Dengan tujuan berlibur, mereka datang dari berbagai tingkatan ekonomi dan profesi. Mulai dari karyawan swasta, pengusaha, atlet, hingga tentara. Tak sedikit warga Timur Tengah sengaja memboyong keluarganya hanya untuk menghabiskan rupiah dan riyal yang mereka bawa di kawasan berhawa sejuk itu. Banyaknya turis Timur Tengah ke kawasan Puncak. disebut warga sebagai "Musim Arab".

Kedatangan warga Timur Tengah ke daerah itu tentu mendapat tempat istimewa bagi masyarakat sekitar. Yang paling gampang adalah pemilik vila.

Bagi warga, turis Timur Tengah memberi berkah tersendiri. Tentunya tak hanya pemilik vila, kedatangan orang-orang bertubuh tinggi besar dan berhidung mancung dengan kulit kuning itu ke wilayah mereka juga memberikan penghasilan lumayan.

Sebut saja pengusaha rental, restoran, atau pemilik penukaran mata uang asing dan termasuk mereka yang membuka usaha minimarket. Kedatangan turis Timur Tengah ke wilayah Puncak tentunya tidak sebatas berlibur. Ada tujuan lain mengapa mereka jauh-jauh datang dari negerinya ke kawasan Puncak. Salah satunya berkencan dengan wanita pribumi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com