Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terapi di Rel Bisa Bikin Badan Tersetrum

Kompas.com - 21/07/2011, 11:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional I Mateta Rizalulhaq memperingatkan agar warga tidak lagi melakukan terapi di rel listrik Stasiun Rawabuaya, Jakarta Barat. Tegangan listrik di rel tersebut dapat mengganggu fungsi organ tubuh.

"(Terapi) itu salah, sangat berbahaya karena di sana tegangannya 5-10 volt. Setelah kereta melintas bisa lebih dari itu. Tegangan itu bisa merusak organ tubuh, bahkan bisa menyetrum sampai meninggal dunia," ucap Mateta, Kamis (21/7/2011).

Ia menegaskan, PT KAI sudah melakukan berbagai upaya untuk melarang warga merebahkan diri di rel kereta. Upaya ini dilakukan melalui penyebaran selebaran, memberikan surat kepada warga, hingga imbauan oleh penilik jalan.

"Petugas penilik jalan selalu memberikan imbauan setiap hari, setiap pagi dan sore, kepada warga yang tiduran di rel, tetapi tidak pernah didengar," ucap Mateta.

Selain karena berbahaya bagi tubuh, pelarangan juga dilakukan karena hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Pasal 181 UU Perkeretaapian menyebutkan bahwa sepanjang 6 meter jarak dari as rel kereta api harus steril dari kegiatan apa pun. Apabila melanggar, akan dikenai sanksi Rp 15 juta atau kurungan penjara selama tiga bulan.

"Aliran listrik itu bahaya dan tubuh tidak bisa menjadi penghantar listrik. Larangan ini bukan kami mau, tetapi sudah diamanatkan dalam undang-undang," kata Mateta.

Mateta melihat bahwa persoalan yang ada selama ini terkait dengan edukasi masyarakat tentang cara penyembuhan penyakit dan bahaya rel listrik. Oleh karena itu, ia meminta pihak terkait untuk turun langsung melakukan edukai kepada warga.

Seperti diberitakan, pada pagi dan sore hari, rel kereta di dekat stasiun Rawabuaya selalu dipadati warga yang datang dari berbagai wilayah. Mereka percaya aliran listrik dari rel kereta itu bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Biasanya, terapi rel kereta ini selama 1-2 jam. Tidak jelas kapan dan siapa yang memulai kebiasaan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com