Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andilan Betawi yang Semakin Langka

Kompas.com - 28/08/2011, 21:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Andilan yang merupakan tradisi masyarakat Betawi menjelang Lebaran mulai menghilang. Tradisi membeli dan menyembelih kerbau bersama-sama ini mulai tak dilakukan seiring dengan menyusutnya lahan di Jakarta dan sekitarnya.

Samin (81), warga Desa Budaya Betawi di Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, mengemukakan bahwa Andilan sudah sangat jarang dilakukan di desanya sejak sekitar 1980-an. Saat itu, padang rumput mulai menghilang sehingga warga kesulitan mencari tempat menggembalakan kerbau. "Karena tak ada lagi tempat angon, Andilan tidak dilakukan lagi," kata Samin, Minggu (28/8/2011).

Tanah lapang diperlukan untuk memelihara kerbau beberapa bulan sebelum disembelih untuk Lebaran. Dalam tradisi ini, sekelompok warga Betawi, biasanya terdiri dari 40 keluarga, mengumpulkan iuran untuk membeli kerbau bersama-sama. Kerbau dibeli setidaknya 3-6 bulan sebelum Lebaran.

Sebelum disembelih, kerbau dirawat, seperti digembalakan dan dimandikan. Dua hari menjelang Lebaran, kerbau biasanya disembelih. Dagingnya dibagikan kepada keluarga yang mengumpulkan uang untuk membeli, penggembala, dan penyembelih.

Andilan, yang berarti menabung, merupakan simbol kerukunan masyarakat Betawi. Tradisi ini juga menunjukkan masyarakat Betawi yang awalnya masyarakat agraris dan berkomunitas erat.

Menghilangnya Andilan mencerminkan pergeseran kehidupan masyarakat Betawi. Sejak kebun dan sawah semakin menghilang, kehidupan masyarakat Betawi bergeser menjadi pedagang, buruh, dan sedikit di antaranya menjadi pegawai. "Kebun dan sawah saya jual sampai akhirnya habis tahun 1980-an. Sekarang sudah jadi kompleks perumahan mewah," kata Samin.

Sejarawan Betawi, JJ Rizal, mengatakan, pesatnya urbanisasi dan pembangunan Jakarta membuat masyarakat Betawi menjual tanah dan sawah. Beberapa tak mempunyai pilihan. "Tanah keluarga saya pun habis karena dipaksa dijual dan sekarang dibangun menjadi apartemen. Dahulu, masyarakat Betawi juga banyak menyerahkan tanah untuk pembangunan, misalnya pelebaran jalan atau pembangunan Senayan," katanya.

Saat ini, banyak warga Betawi hidup dalam kemiskinan dan berpendidikan rendah. Permukiman mereka juga makin bergeser ke daerah pinggiran.

Rizal mengatakan, meskipun sejumlah tradisi menghilang, budaya Betawi masih tetap hidup dan berkembang. Hal ini karena budaya Betawi lentur dan fleksibel dalam menghadapi perubahan zaman. Keuletan dan ketangguhan masyarakat Betawi juga membuat mereka tetap bertahan dalam berbagai bentuk tekanan. (ILO/HEI/DEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com