Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sterilisasi Jalur Busway Tidak Mempan

Kompas.com - 13/10/2011, 21:26 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama Januari sampai Oktober 2011, sudah 16 orang tewas dalam kecelakaan di jalur busway. Korban tewas pun tidak hanya para pejalan kaki, tetapi juga pengendara sepeda motor yang menerobos masuk ke dalam jalur busway.

Polda Metro Jaya mengklaim telah mengerahkan ratusan personel untuk mengawasi titik-titik rawan kecelakaan di jalur busway. Namun, kecelakaan tetap tak dapat dihindari.

"Kami sudah tempatkan 206 personel di titik-titik rawan. Tapi, kan, tidak selamanya petugas kami ada di situ. Sudah ada rambu juga tidak dipedulikan pengendara," kata Kepala Bagian Pembinaan dan Operasional Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Latif Usman, Kamis (13/10/2011) di Mapolda Metro Jaya.

Latif mengatakan, kecelakaan paling banyak terjadi di Koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas). Hal ini dikarenakan banyak putaran balik di jalur itu sehingga banyak kendaraan yang bersenggolan dengan bus transjakarta. Jarak jembatan penyeberangan orang antara satu dan lainnya juga berjauhan sehingga banyak pejalan kaki yang memilih jalan pintas untuk menyeberang jalan.

"Ini bukan berarti jadi alasan untuk pejalan kaki menyeberang di sembarang tempat. Yang paling penting adalah kesadaran yang sekarang sangat rendah," kata Latif.

Kecelakaan serupa juga kerap terjadi di Koridor IX (Pinang Ranti-Pluit). Di koridor ini, banyak pengendara sepeda motor yang tidak memanfaatkan jalur khusus sepeda motor di sepanjang Jalan MT Haryono. "Pemotor itu harusnya ada di kiri. Kenapa? Ini untuk mengurangi risiko kecelakaan motor yang sangat rentan, lagi pula dengan ambil jalur kiri akan lebih lancar tidak semrawut," kata Latif.

Tetapi, lagi-lagi kesadaran masyarakat yang terbilang rendah. Para pemotor masih mengambil jalur mobil hingga jalur busway. Polisi sempat meletakkan traffic cone atau pembatas jalan untuk memisahkan jalur. Tindakan ini, kata Latif, cukup efektif mengurangi pelanggaran marka busway. Namun, begitu pembatas jalan itu disingkirkan, para pengendara motor kembali nyelonong ke jalur transjakarta.

Latif mengakui, tingginya volume sepeda motor tidak sebanding dengan prasarana jalan yang memadai. Jalur khusus motor di Jalan MT Haryono, misalnya, hanya memiliki lebar 3 meter. Pada jam-jam sibuk seperti pukul 06.00-08.00, jalur kiri terbilang padat. Pengendara mobil juga turut memakan badan jalan yang dikhususkan sepeda motor. Belum lagi pengendara sepeda motor harus berbagi dengan bus-bus yang hendak menurunkan penumpang di lajur kiri.

"Memang sarana itu terbatas. Namun, cobalah manfaatkan semaksimal mungkin yang ada sekarang. Kami meminta sepeda motor untuk ambil jalur kiri agar kecelakaan tidak terulang lagi," saran Latif.

Ia mengatakan, solusi yang bisa dilakukan dalam waktu dekat adalah meninggikan separator jalur busway. Hal ini diyakini dapat mengurangi niat pengendara kendaraan pribadi untuk menerabas jalur busway.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com