Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penahan Gelombang Itu Menempel Kampung

Kompas.com - 19/01/2012, 12:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Penahan gelombang di kampung nelayan Kamal Muara, Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Jakarta Barat, telah selesai dibangun. Namun, warga di kampung nelayan di tempat tersebut meragukan efektivitas penahan gelombang tersebut.

"Lihat saja, jaraknya terlalu dekat dengan lokasi rumah warga," kata Syamsudin, Ketua RT 07/RW 04 Kamal Muara, sambil menunjuk ke arah tanggul penahan gelombang yang tingginya hampir 1,5 meter.

Tampak tanggul tersebut hanya menyisakan jarak sekitar 0,5 meter dari bangunan rumah warga kampung nelayan, bahkan terlihat hampir menempel di sejumlah titik. Karena terlalu dekat, Syamsudin yakin bila nanti gelombang besar datang, maka terpaan ombak yang pecah akan tetap masuk ke kampung.

Menurut dia, seharusnya tanggul penahan gelombang dibangun menjorok ke laut, jauh dari kampung, dan tidak bersisian.

Meski demikian, warga tetap bersyukur atas selesainya pembangunan penahan gelombang itu. Mereka yakin keberadaan penahan gelombang itu akan mengurangi kerusakan akibat terpaan gelombang seperti yang pernah terjadi pada Oktober 2010. Saat itu, sebagian rumah di kampung nelayan tersebut porak-poranda oleh gelombang tinggi dua meter hingga tiga meter.

Akan tetapi, efektivitas penahan gelombang baru bisa sungguh-sungguh teruji pada saat musim angin timur. Pada saat itulah gelombang tinggi biasanya muncul karena perkampungan nelayan di Kamal Muara, Dadap, menghadap laut di sisi timur. 

Musim angin timur biasanya terjadi pada bulan Agustus, September, Oktober.

Hal lain yang dirasakan mengganjal bagi warga di kampung nelayan itu adalah hilangnya jalan keliling kampung yang kini menjadi lokasi tempat tanggul penahan gelombang sepanjang 540 meter. Hilangnya jalan membuat warga kehilangan akses jalan melingkar yang langsung terhubung ke jalan raya.

"Saya heran, kenapa tanggul dibangun di atas jalan. Kenapa tidak dibangun jauh menjorok ke laut agar bisa sekaligus menjadi pemecah gelombang. Apakah ini untuk mengirit biaya proyek?" keluh Syamsudin.

Syamsudin ingat bahwa sebelumnya sebuah tanggul pernah dibuat dengan batu kali yang diikat beronjong, sekitar 15 meter dari titik terluar rumah panggung yang saat ini berada di atas laut. "Dahulu rumah paling ujung itu adalah daratan, tetapi sekarang terendam air laut. Bekas tanggul lama juga terendam laut," kata Syamsudin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com