Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Pembunuhan Bos Sanex Steel

Kompas.com - 29/02/2012, 15:35 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tan Harry Tantono alias Ayung (45) tewas dengan kondisi tubuh mengenaskan di dalam kamar 2701 Swiss-Belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada tanggal 26 Januari 2012 lalu. Ayung tewas dengan 32 luka tusuk yang ada di bagian perut, pinggang, dan leher.

Di dalam rekaman kamera CCTV milik hotel, sosok Ayung pada hari itu datang seorang diri masuk ke kamar 2701. Sebelumnya, sudah ada belasan orang pria yang masuk terlebih dulu. John Kei, pemimpin tokoh pemuda Maluku, juga masuk ke dalam kamar itu.

Sekitar satu jam kemudian, John Kei bersama rombongan pria yang diduga anak buahnya itu keluar dari kamar. Sedangkan Ayung tak sekali pun keluar dari kamar itu. Polisi sudah menahan enam orang tersangka terkait kasus ini, yakni Tuce Kei, Ancola Kei, Chandra Kei, Deni Res, Kupra, dan John Kei.

Namun, polisi masih belum mendapatkan keterangan dari John Kei lantaran pria itu masih meringkuk lemas akibat "hadiah" timah panas aparat ke kaki kanannya saat penangkapan di Hotel C'One beberapa waktu lalu.

Tetapi, dari keterangan lima tersangka lain, mereka mengaku menghabisi nyawa Ayung lantaran menagih fee jasa debt collector yang digunakan Ayung senilai Rp 600 juta. Motif ini diragukan aparat kepolisian. Pasalnya, mereka tidak bisa menunjukkan siapa orang yang berutang kepada Ayung.

Sebelum mengungkap motif di balik kasus ini, perlu diketahui terlebih dulu siapa sosok Ayung. Perjalanan hidup Ayung ini terbilang cukup panjang sampai akhirnya dia bisa menjadi pengusaha besar sekaligus pemilik PT Sanex Steel Indonesia yang kini berubah nama menjadi PT Power Steel Mandiri, sebuah perusahaan peleburan baja.

Bisnis toko emas

Menurut kuasa hukum Ayung, Carel Ticualu, sosok Ayung dikenal sebagai pengusaha yang gila kerja. Ia bekerja keras hingga bisa sampai di posisinya terakhir ini.

"Dia itu gila kerja. Cita-citanya muluk, kemauannya kuat," ungkap Carel, Selasa (28/2/2012) malam, di Jakarta.

Jiwa wirausahanya ini, kata Carel, didapat Ayung dari sang ayah, Herman Tantono. Herman memiliki toko emas di Surabaya, Jawa Timur. Di kota itulah, Ayung dilahirkan pada tanggal 5 Maret 1961.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com