Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantah Terlibat, Edo Tupessy Menangis

Kompas.com - 05/03/2012, 10:25 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Edo Tupessy tampak tak lagi garang ketika tubuhnya ditutupi baju oranye bertuliskan "Tahanan Polres Metro Jakarta". Padahal, di wilayahnya di Kampung Ambon, Jakarta Barat, nama pria setengah baya yang memiliki tato di sekujur tubuhnya ini dikenal sebagai penguasa kawasan merah peredaran narkoba itu.

Saat jumpa pers di Mapolrestro Jakarta Pusat, Minggu (4/3/2012) malam, Edo bahkan sempat terisak di hadapan seorang penyidik perempuan yang mendengarkan pembelaannya. "Bu, saya ini enggak tahu apa-apa. Saya sudah tua, saya ingin tenang. Kalau begini, saya malu sama anak-anak. Ibadah saya rajin, saya doa tiap malam. Saya percaya ajal ada di tangan Tuhan," ungkap Edo setengah terisak.

Kedua tangannya yang tak terborgol menutupi mukanya. Penyidik perempuan itu lalu menenangkan Edo. Edo tak bisa diam dan terus menyerocos bicara. Padahal, saat itu jumpa pers baru saja dimulai untuk mengekspos kasus penyerangan di rumah duka RSPAD Gatot Soebroto. Edo diduga menjadi otak penyerangan itu.

Edo seolah tak peduli dengan jumpa pers ini. Dia terus saja bercerita. Dia mengatakan bahwa beberapa saat sebelum penyerangan terjadi pada Kamis (23/2/2012) dini hari, ia datang ke rumah duka untuk melayat Bob, kerabat dari Edi yang disebut-sebut menjadi target penyerangan sadis itu.

"Saya tidak tahu itu hanya tuduhan saja. Masa dengan kata sapaan kurang ajar ke Edi karena dia enggak nyapa saya terus saya dibilang otak pelaku. Ini adik-adik saya semua yang datang saat itu," papar Edo.

Menurutnya, mereka menyerang karena dendam saja. Tetapi, Edo tak menjelaskan rinci dendam apa yang dimaksud. Ia hanya menambahkan pembelaan dirinya. "Ngapain saya bikin perang. Saya cinta damai," tuturnya.

Kendati demikian, polisi berkata lain. Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Angesta Romano Yoyol mengatakan, Edo mendapatkan pesanan untuk melakukan penyerangan itu dari Mr Y, narapidana di LP Salemba. Disebut-sebut, Mr Y juga mendapatkan pesanan penyerangan itu dari Mr X, seorang mafia besar narkoba yang masih diburu aparat. Penyerangan itu dilakukan lantaran Edi yang ada di rumah duka tidak melunasi utang transaksi narkoba senilai Rp 280 juta kepada Mr X.

"Edo dijanjikan persenen kalau berhasil menarik utang itu," imbuh Yoyol.

Edo disebut menggerakkan karena atas instruksi dialah para pemuda ini menyerbu rumah duka. Dua orang tewas dan enam orang lainnya terluka dalam peristiwa itu. Akhirnya, Edo ditetapkan sebagai tersangka bersama dengan sembilan orang lainnya, yakni Gheretes Tamatala alias Heri, Tony Poceratu alias Ongen, Rent Penturi, Abraham Tuhehai, Yongky Maslebu, Rely Petirulan, Onchu, Renny Tupessy, dan R. Sedangkan tiga orang lainnya masih diburu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com