Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir di Sini Sudah Biasa, Tapi ...

Kompas.com - 06/04/2012, 06:44 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di mata penduduk asli sekaligus tetua Kampung Pulo Pondok Labu Jakarta Selatan, ada perbedaan besar antara banjir yang melanda saat ini dengan banjir yang terjadi di masa lalu.

Dua kakak beradik penduduk asli sekaligus tetua Kampung Pulo, Machina binti Cilik (83) dan Rai bin Cilik (80), mengungkapkan, banjir yang kerap melanda daerahnya sebenarnya bukanlah hal baru. Namun menurut mereka,  ada perbedaan besar antara banjir yang melanda Kali Krukut sekarang ini dengan banjir semasa mereka muda.

"Banjir di sini (Kampung Pulo) sudah biasa. Dari dulu juga sering banjir," kata Nenek Macina di kediamannya, RT 11 RW 03 Kampung Pulo, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Kamis (5/4/2012).

Namun, menurutnya ada perbedaan menyolok antara  meluapnya sungai saat ini dengan apa yang terjadi beberapa puluh tahun lalu. Saat itu, wilayah di sekitar rumahnya, termasuk areal lapangan tembak Korps Marinir Cilandak masih merupakan areal persawahan dan bedeng. Aliran Kali Krukut juga masih lancar dan dua kali lebar sungai saat ini.

"Banjirnya paling sekali dua kali dalam satu tahun," terang Macina.

Rai, adiknya, menambahkan, banjir biasanya terjadi menjelang hari raya Maulid Nabi dan sekitar Tahun Baru China atau Imlek. Kadang banjr melanda areal persawahan sampai tiga kali pada sekitar bulan Februari. Selain lebih rendah dari sisi intensitas dibandingkan saat ini, luapan air pun tidak berlangsung lama.

"Kagak sampai berhari-hari atau berminggu-minggu seperti sekarang. Itu juga yang kerendam paling sawahnya," kata Rai.

Kondisi saat ini jauh berbeda. Banjir bisa terjadi kapan saja di Kampung Pulo. Setelah luapan terjadi, dibutuhkan waktu lama untuk kembali menyusut. Pasalnya, lebar aliran Kali Krukut yang melintasi wilayah itu sudah menyusut hingga sekitar tiga meter.

Selain itu, air yang meluber telah terkepung rumah warga yang berhimpitan di areal bekas persawahan.

"Kalau dulu cepat rembes ke tanah. Sekarang lebih sulit. Apalagi halaman sudah disemen," papar Rai.

Situasi yang sama, menurut kakek kelahiran tahun 1932 itu, terjadi di daerah aliran Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan Kali Pesanggrahan. Rai dan Macina mengaku resah dengan perkembangan pemukiman yang telah merangsek hingga ke bantaran kali.

Kedua penjaga makam keramat Nyai Bango itu yakin bahwa banjir tak akan teratasi bila penyempitan aliran kali terus berlangsung. Hal yang sama akan terus berlangsung bila pemukiman penduduk menggantikan fungsi bantaran sungai sebagai daerah hijau dan area resapan air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com