Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Relokasi dan Permainan Solusi Cegah Banjir

Kompas.com - 20/04/2012, 02:50 WIB

Sri Rejeki

Jasondo (4) berjalan di sela-sela tanaman yang bunga kuningnya tengah mekar. Di belakangnya, sang ayah, Sujud (33), mengikuti langkah kecil Jasondo. Hampir setiap sore, keduanya bermain di taman yang menjadi bagian dari urban forest atau hutan kota di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah.

Dua tahun lalu, areal sepanjang 200 meter dengan lebar bervariasi 5-30 meter, itu masih dipenuhi rumah-rumah. Setelah direlokasi karena selalu kebanjiran, wilayah yang masuk Rukun Warga (RW) 6 dan RW 8 Kampung Kedungkopi, Kelurahan Pucangsawit, itu kini menjelma sebagai ruang publik. Area yang sama juga berfungsi sebagai resapan air dan sabuk hijau sungai, meski kondisinya kini kurang terawat. Hutan kota yang merupakan percontohan pengelolaan bantaran ini rencananya akan dikembangkan di sepanjang tepian Bengawan Solo.

Tidak hanya dihiasi pepohonan atau tanaman hias, hutan kota yang dibangun oleh beberapa lembaga ini juga dilengkapi beberapa permainan anak dan lintasan lari. Ada pula area yang dimanfaatkan untuk bermain sepak bola. Namun saat musim hujan, areal yang sebenarnya merupakan bantaran Bengawan Solo ini akan ’hilang’ ditelan luapan air sungai.

Kini, area itu bagaikan ’oase’ bagi warga sekitar yang kebanyakan kondisi ekonominya menengah ke bawah. Anak-anak yang biasanya bermain di jalan, kini bisa bermain dengan bebas, aman, dan nyaman di area hutan kota. Taman itu juga dilengkapi bangunan monumen banjir (Flood Events Monument) berupa tugu peringatan banjir-banjir besar yang pernah terjadi di Solo. Di sore hari, tempat ini menjadi favorit warga untuk menghabiskan senja.

”Wah, senang ada taman seperti ini. Lumayan, untuk hiburan gratis. Kita bisa lihat pemandangan, sungai, dan pohon-pohon. Bisa jadi tempat bermain anak juga,” kata Sujud, akhir Maret lalu.

Penanggulangan banjir

Hutan kota adalah salah satu dari program Pemerintah Kota Solo dalam mengelola daerah bantaran sungai Bengawan Solo yang langganan banjir setiap musim penghujan. Total ada 6.368 keluarga yang terancam banjir jika Bengawan Solo dan anak-anak sungainya yang melintasi Solo meluap.

Pascabanjir tahun 2007 yang merendam delapan kelurahan di tiga kecamatan, Pemkot Solo menempuh berbagai langkah. Wali Kota Solo Joko Widodo menyebut langkah tersebut sebagai permainan solusi, melalui relokasi bagi warga bantaran sungai serta perbaikan infrastruktur, seperti perbaikan pintu air, pembangunan parapet atau tanggul, dan pemasangan pompa air.

Selain Pemkot Solo, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo juga membuat parapet atau meninggikan tanggul untuk membentengi warga dari luapan air sungai. Saat Bengawan Solo meluap, pintu air ditutup agar air tidak masuk ke dalam kota. Sementara air dari dalam kota yang mengalir melalui anak-anak sungai dipompa untuk dibuang ke Bengawan Solo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com