JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan bahwa dirinya tidak berani terlalu banyak mengumbar kata reformasi pada masyarakat. Alasannya, arti kata reformasi ini seolah menjadi beban bagi dirinya.
"Saya punya kesan dengan menggunakan kata reformasi, saya jadi terbebani. Karena kalau bicara reformasi kesannya orang mengganggap mau mengubah dunia," kata Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo, dalam acara Diskusi interaktif 'Apa Kabar Reformasi Birokrasi Gubernur, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (8/5/2012).
Sementara dirinya menilai bahwa reformasi itu harus digerakkan dari langkah-langkah yang kecil namun berkesinambungan. Seperti pembaruan kota, tidak bisa langsung begitu saja terlaksana tapi harus dengan tahapan-tahapan.
"Membangun kota, menjalani reformasi itu tidak mudah. Tidak seperti membalikkan telapak tangan. Tapi saat ini kan, orang nyari tidak bisanya menjalani reformasi," jelas Foke.
Kendati demikian, ia mengungkapkan bahwa reformasi birokrasi di jajarannya perlahan tapi pasti sudah terlaksana. Ia pun menjelaskan bahwa saat dirinya naik sebagai DKI 1 pada tahun 2007, reformasi birokrasi selalu menjadi prioritasnya.
"Reformasi birokrasi itu prioritas saya. Tapi coba deh liat sekarang, dulu mana bisa Gubernur disuruh-suruh wartawan, sekarang bisa. Berarti reformasi udah berjalan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.