Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuat, Kemungkinan "Human Error"

Kompas.com - 10/05/2012, 12:28 WIB
Windoro Adi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 Rusia di Tebing Gunung Salak, Cidahu, Kabupaten Bogor, diduga kuat bersumber dari human error. Pilot diduga terlalu percaya diri atau kelelahan. Meski demikian, dugaan tersebut baru bisa dipastikan setelah penemuan kotak hitam pesawat.

Demikian disampaikan Pilot Ronny Rosnadi, Kamis (10/5/2012) pukul 10.00. "Saya menduga kuat, sumber kecelakaan pesawat ini human error," tutur pemilik catatan 33.000 jam terbang tersebut.

Pertama, Superjet 100 adalah pesawat baru, bahkan newbrand sehingga dilengkapi perangkat peringatan dini yang modern.

Mantan pilot Merpati Airlines yang kini masih menjadi pilot di salah satu perusahaan penerbangan swasta di kawasan Indonesia Timur ini kemudian menjelaskan sejumlah perangkat peringatan dini pada pesawat.

Peringatan dini tersebut antara lain minimum obstacle clearance altitude (MOCA), minimum off route altitude (MORA), dan theater airborne warning system (TAWS) versi baru ground proximity warning system (GPW).

MOCA adalah sistem pemberitahuan tentang ketinggian minimum pesawat pada radius lokasi tertentu. Sistem ini ada, baik di perangkat pesawat, maupun radar pembimbing.

"Saya sendiri heran, mengapa pilot minta izin turun ke ketinggian 6.000 kaki. Itu sudah melanggar MOCA di kawasan tersebut karena MOCA di sana sekitar 11.000 kaki. Seharusnya pesawat turun di kawasan pantai selatan Pangandaran. Kawasan ini jauh lebih aman," ucap Ronny.

Ia menduga, kondisi psikis pilot kala itu sedang labil. "Bisa over convidence, atau sedang fatigue. Pilot kan sedang melakukan penerbangan promosi, dan itu melelahkan," ujarnya.

Kemungkinan lain, terjadi down draft, atau tiupan angin karena pergantian musim yang membuat pesawat jatuh. "Bisa jadi pandangan pilot terhalang kabut tebal yang tidak ia duga datangnya," ujar Ronny.

Ia mengatakan, sebelum terbang, pilot selalu memeriksa peta untuk mengetahui MORA. "Terutama untuk mengetahui kapan dia bisa terbang rendah," ucap Ronny. Ia menjelaskan, TAWS adalah perangkat peringatan dini pada pesawat mengenai rintangan di luar.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com