Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlalu Mahal demi Fanatisme Sempit

Kompas.com - 01/06/2012, 09:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Minggu (27/5/2012), Gelora Bung Karno penuh dengan suporter Persija dan Persib, yang merupakan ”musuh bebuyutan”. Fanatisme sempit telah memicu kebencian antarsuporter yang makin tak terkendali hingga terjadi aksi pengeroyokan, perusakan, bahkan nafsu untuk menghabisi. Dampaknya, tiga orang ditemukan tewas di kawasan kompleks stadion.

Tiga korban tewas di GBK adalah Lazuardi (28), Dani Maulana (16), dan Rangga Cipta Nugraha (22). Belum ada titik terang dari kejadian yang menyebabkan tiga orang tewas dan beberapa orang lainnya luka itu. Luka para korban diduga diakibatkan oleh hantaman benda tumpul. Namun, dugaan penyisiran atau pengeroyokan suporter belum bisa dibuktikan.

Kemarahan banyak pihak terungkap dan tersebar dengan mudah lewat berbagai jejaring sosial. Banyak yang mengecam aksi brutal para suporter.

Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Komisaris Besar Agung Budi Maryoto mengatakan, sebelum pertandingan Persija dan Persib, polisi melakukan penyisiran dan pemeriksaan terhadap penonton yang akan masuk stadion. Enam calon penonton ditangkap karena membawa 28 batang petasan, senjata tajam, gir, dan ganja.

”Penangkapan dan penahanan mereka kami sampaikan kepada manajemen Jakmania. Mereka mengatakan, sudah memberi arahan kepada para Jakmania. Kalau memang tertangkap melakukan tindak pidana, pengurus Jakmania meminta agar pelanggar itu diproses saja,” tutur Agung Budi.

Sudah rusak

Penyerang Persija, Bambang Pamungkas, menilai sepak bola Indonesia sudah rusak. Korban tewas terlalu mahal hanya untuk sekadar fanatisme sempit. Semua elemen masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa sepak bola Indonesia juga sedang menunggu keputusan FIFA apakah dijatuhi sanksi atau tidak, setelah batas waktu menyelesaikan konflik pada 15 Juni.

”Sepak bola seharusnya tidak sampai seperti ini. Sampai kapan lagi sepak bola Indonesia harus kehilangan nyawa-nyawa yang tidak perlu,” ujar Bepe, sapaan Bambang.

Dari dulu, lanjut Bambang, sepak bola selalu dikatakan sebagai alat pemersatu bangsa. Akan tetapi, itu hanya ada di level tertinggi, tidak pernah sampai ke level masyarakat di bawah.

Sementara itu, pengurus pusat Jakmania, suporter Persija Jakarta, menegaskan, penyisiran dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Jakmania melalui para koordinator wilayah melarang anggotanya menyisir suporter Persib Bandung. Instruksi itu sudah dilakukan terus-menerus sejak dua minggu menjelang pertandingan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com