Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghematan BBM ala Transjakarta Busway

Kompas.com - 07/06/2012, 14:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Gonjang-ganjing masalah subsidi BBM memicu kenaikan tarif angkutan umum seiring dengan naiknya harga solar dan premium. Pada akhirnya, kenaikan tarif ini akan mengerek inflasi cukup tinggi. Namun kekhawatiran ini tidak nampak pada bus Transjakarta Busway, yang setia menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) jenis Compressed Natural Gas (CNG).

Tentu masih banyak keluhan terkait dengan penggunaan BBG di Transjakarta Busway, seperti suplai yang masih tersendat-sendat, kualitas gas yang masih kurang memenuhi standar mesin bus, sampai lokasi pengisian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) yang jumlahnya dapat dihitung dengan jari tangan. Tetapi dengan kondisi seperti itu, bus Transjakarta tidak berhenti menggunakan BBG, karena selain memang didesain hanya menggunakan BBG, Transjakarta juga taat terhadap Peraturan Gubernur yang mewajibkan seluruh angkutan umum di Jakarta menggunakan BBG.

Pada tahun ini saja, terdapat setidaknya 454 bus Transjakarta yang menggunakan BBG. Dengan konsumsi gas rata-rata per hari sebesar 81 ribu LSP (Liter Setara Premium), Transjakarta menghemat konsumsi BBM sebesar hampir 81 ribu liter solar per hari untuk seluruh 454 bus. Artinya, dalam setahun dihemat 29,6 juta liter solar dari sistem Transjakarta.

Andaikata subsidi BBM adalah 3.000 Rupiah per liter, maka secara hitungan kasar ada sekitar 88,7 Milyar Rupiah subsidi yang dihemat Transjakarta per tahun. Apabila 22 persen dari penumpang Busway yang berasal dari pengguna kendaraan pribadi diperhitungkan, maka penghematan subsidi melebihi seratusan milyar dalam setahunnya.

Melihat Transjakarta yang setiap harinya mengangkut 350 ribu orang dan berkontribusi mengurangi kemacetan, polusi udara bahkan dapat melakukan penghematan subsidi BBM, memang membanggakan. Apalagi dibandingkan subsidi BBM mobil pribadi yang cenderung lebih membuat macet dan menambah polusi udara serta hanya mengangkut maksimal 5 orang.

Di tengah keseriusan Pemerintah untuk melakukan program konversi BBM ke BBG, sangatlah relevan untuk melihat keberhasilan Transjakarta Busway dalam mensukseskan dan mempopulerkan penggunaan BBG di jajaran armadanya. Tercatat Pemerintah Pusat pernah 3 kali melakukan program konversi BBM ke BBG dengan cara membagi-bagikan ribuan converter kit gratis, namun program konversi tersebut hanya bertahan seumur jagung sebelum kemudian menghilang.

Sementara Transjakarta Busway melakukannya mulai tahun 2006 dengan 126 bus dan tetap terus konsisten menggunakan BBG hingga sekarang tercapai 450 bus, dan akan bertambah ratusan bus gandeng lagi pada tahun-tahun mendatang. Hal ini menggairahkan kembali bisnis SPBBG yang tadinya sudah mati suri. Dari yang tadinya hanya 1 SPBBG yang aktif beroperasi sebelum tahun 2006, sekarang telah ada 5 SPBBG yang beroperasi dan setidaknya ada 3 SPBBG baru yang siap beroperasi, yang tinggal menunggu kucuran gas.

Ada beberapa kunci sukses Transjakarta Busway yang perlu menjadi perhatian Pemerintah dalam menjalankan program konversi BBM ke BBG. Pertama, Bus Transjakarta hanya menggunakan BBG, tidak bisa switch ke bahan bakar lain, seperti taksi yang memiliki dual switch untuk menukar antara gas dan bensin. Manajemen Transjakarta Busway menetapkan spesifikasi busnya dengan full dedicated CNG engine.

Kedua, Transjakarta melayani rute yang tetap tiap harinya, sehingga mudah bagi pramudi busway untuk mampir ke SPBBG yang sama melakukan pengisian gas, terlebih jika SPBBG tersebut berada di koridor busway. Banyak kendaraan pribadi dan taksi yang akhirnya menyerah dengan BBG karena tidak tersedianya SPBBG di dekat posisi kendaraan mereka. Dengan SPBBG yang hanya ada 5 lokasi di Jakarta, akan sangat beresiko bagi pemilik kendaraan jika hanya mengandalkan BBG sebagai bahan bakar mereka.

Kalau Pemerintah Pusat kembali akan membagi-bagikan converter kit kepada angkutan umum sebaiknya dimulai dengan memilih angkutan umum dengan rute yang tetap, bukan jenis taksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com