Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Harapan dari Timur Nusantara

Kompas.com - 25/06/2012, 03:57 WIB

B Josie S Hardianto, Erwin Edhi P, dan Nasrullah Nara

Harian ”Kompas” Senin hingga Sabtu (25-30 Juni) menurunkan laporan Ekspedisi Tanah Papua. Ini merupakan ekspedisi kedua setelah sebelumnya dilakukan ekspedisi serupa pada 2007, mencakup wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

***

Lupakan sejenak bara konflik di Papua. Di balik tumpukan persoalan politik, hukum, keamanan, dan hak asasi manusia, realitas sosial Papua menunjukkan gairah hidup damai dan sentosa seperti warga negara pada umumnya. Harapan dan rasa saling percaya perlu dirawat.

Peluh membasahi tubuh Beni Kosnan (23) saat memikul lembaran-lembaran karet putih. Siapa sangka di tepi hutan Kampung Erambu, Merauke, pria yang baru tiga tahun tamat dari SMK itu memiliki 200 pohon karet. Tak sekadar menyadap, Beni bahkan telah menyiapkan bibit-bibit baru untuk menggantikan pohon-pohon karet tua peninggalan Belanda. Ia sekaligus menambah jumlah pohon karetnya.

Kecakapan budidaya karet diperolehnya saat belajar di SMKN 1 Sota di perbatasan RI-Papua Niugini. Hari itu ia mendapat 15 kilogram lembaran karet basah. Pedagang dari Merauke datang membeli karetnya seharga Rp 10.000 per kilogram.

Karet kini telah menggeser budaya hidup sebagian warga Kampung Erambu, terutama para pemuda seperti Beni. Semangat mengembangkan usaha mandiri mulai tumbuh. Beni dan istrinya mengandalkan usaha kebun karet, bukan lagi hidup dari berburu dan meramu.

Adik sepupu Beni, Erman Kosnan (18), yang kini masih belajar di SMKN 1 Sota, bercita- cita beternak ayam petelur.

Beni dan Erman ”gemas” ketika melihat anak-anak sebaya mereka hanya berpangku tangan dan suka mabuk-mabukan. ”Mau jadi apa nanti kalau hanya bermalas-malasan begitu terus?” ujar Erman.

Sayangnya, dukungan untuk memperkuat kemandirian warga acap kali tidak tepat guna. Di Kampung Erambu sejak tiga tahun lalu berdiri bangunan pasar kampung. Di seberangnya berdiri gudang pupuk dan tangki instalasi air bersih. Semuanya semipermanen dengan biaya sekitar Rp 1 miliar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com