Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredibilitas Lembaga Survei Dipertanyakan

Kompas.com - 19/07/2012, 22:22 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Melesetnya hasil survei yang diumumkan lembaga survei jelang pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta putaran pertama dinilai telah membuat kredibilitas lembaga tersebut dipertanyakan.

"Lembaga survei hadir untuk memperkecil ketidakpastian tersebut. Survei adalah hasil memotret fenomena pada hari itu karena hasil survei hari ini belum tentu menggambarkan hasil di hari lain. Ada momentum yang tidak terbaca lembaga survei karena survei sebenarnya memotret fenomena hari itu," ujar politisi Partai Amanat Nasional Bima Arya Sugiarto dalam Diskusi "Masih Layakkah Lembaga Survei Dipercaya?" di Jakarta Media Center, Jakarta, Kamis (19/7/2012).

Momentum yang dimaksud adalah jeda setelah survei dilakukan sampai hari pencoblosan. Menurut Bima Arya, hampir semua lembaga survei menunjukkan tingginya angka suara mengambang atau swing voters yang mencapai lebih dari 40 persen. Sebagian besar swing voters ini merupakan kalangan menengah ke atas. Golongan ini kemudian beralih mendukung kepada pasangan calon Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok).

Menurut Bima Arya, kemenangan Jokowi-Basuki pada pemilihan putaran pertama menandakan kebangkitan kelas menengah di Tanah Air. Begitu pula dengan fenomena kemenangan pasangan independen Faisal Basri-Biem Benjamin atas salah satu pasangan calon usungan partai politik.

"Sebagaimana yang terjadi pada pasangan Faisal-Biem yang diketahui dipilih kebanyakan pemilih dari kelas menengah, hal ini menunjukkan harapan bahwa kampanye cerdas masih laku dan dinantikan oleh para calon pemilih," tuturnya.

Meski demikian, dosen Universitas Paramadina tersebut mengajak masyarakat untuk tidak terburu-buru membuat kesimpulan atas melesetnya prediksi lembaga survei itu. "Kita jangan membuat kesimpulan prematur, lembaga survei tidak bisa dipercaya lagi. Sebab, ketidakpastian merupakan ciri utama demokrasi. Yang namanya kepastian hanya ada di rezim monarki. Tapi lembaga survei bisa memperkecil ketidakpastian," katanya.

Diberitakan sebelumnya, beberapa lembaga survei yang kerap mengumumkan prediksi perolehan suara sebelum Pilkada DKI Jakarta berlangsung pada 11 Juli 2012. Sebagian besar survei lembaga-lembaga tersebut menempatkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli sebagai "pemenang" Pilkada DKI Jakarta 2012.

Prediksi itu kemudian meleset setelah Jokowi-Ahok unggul dalam perhitungan cepat sesaat setelah pemungutan suara berlangsung. Setelah surat suara direkapitulasi, Jokowi-Ahok kemudian terbukti menang atas lawan-lawannya, meskipun harus kembali berlaga di pilkada putaran kedua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com