Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namanya Juga Mudik Gratisan...

Kompas.com - 18/08/2012, 18:19 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Dengan wajah muram, Muhyasir Hanhab (21) turun dari kapal membawa tas dan sekotak kardus miliknya. Ia lalu duduk bersandar di dinding terminal penumpang, melihat kapal yang seharusnya membawanya pulang ke Pulau Masalembu, Sumenep, Jawa Timur, mulai berlayar. Gagal sudah rencana Muhyasir untuk mudik gratis tahun ini.

Beberapa menit sebelumnya, Muhyasir tampak ceria. Ia bersama ratusan calon pemudik lain bergantian memasuki Kapal Motor (KM) Mitra Abadi di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jatim, Rabu (15/8/2012) siang. Kapal itu merupakan satu dari tiga kapal yang disediakan Pemprov Jatim untuk mudik gratis selama Lebaran tahun ini.

Tiga rute mudik gratis yang disediakan adalah Surabaya-Masalembu, Kalianget-Kangean, dan Banyuwangi-Sapeken. Setiap kapal mengangkut 150 hingga 200 orang, dan berlayar 5-6 kali perjalanan pergi pulang.

KM Mitra Abadi sebenarnya kapal barang sehingga harus dimodifikasi sebelum dipakai mudik. Kapal itu memiliki dek terbuka seluas sekitar 20 meter x 10 meter yang dipakai sebagai tempat penumpang. Dek itu diberi atap terpal berwarna biru dan alasnya memakai terpal berwarna oranye.

Untuk memasuki kapal itu, setiap penumpang melalui sebuah papan kayu sehingga harus berhati-hati. Namun, M Toyib, calon pemudik, bernasib sial. Ia terjatuh saat akan memasuki kapal. Tubuhnya pun masuk di sela dermaga dan badan kapal. Suasana pun riuh. Meski basah kuyup, Toyib selamat dan menderita luka gores di kaki.

Bagian terpal yang sebelumnya terbuka dan berfungsi sebagai pintu masuk pun ditutup sebelum kapal berangkat. ”Terbungkus” dalam ruangan beratap dan beralas terpal, para penumpang berlayar dari Surabaya ke Masalembu selama 19 jam.

Kondisi kapal itulah yang membuat Muhyasir batal ikut mudik gratis. Petugas pelabuhan melarang Muhyasir membawa sepeda motornya. Ia kecewa karena kapal reguler tidak bisa memuat sepeda motor. ”Kalau motor saya tinggal di sini (pelabuhan), lalu siapa yang menjaga. Bisa hilang nanti. Lebih baik saya tidak ikut,” katanya.

Petugas awalnya meminta tangki bensin setiap sepeda motor dikuras sebelum dimasukkan ke kapal. Alasannya, mengangkut sepeda motor dengan tangki penuh rentan bahaya kebakaran. Namun, ketika beberapa pemilik sepeda motor hendak menguras tangki, petugas kemudian sama sekali melarang mereka memasukkan sepeda motor ke kapal.

Iis Sisilia (35) juga terlihat gelisah ketika motor bebeknya tak dapat terangkut. Petugas pelabuhan pun menyarankan ia untuk kembali menumpang kapal selanjutnya pada tanggal 17 Agustus 2012. ”Tapi itu belum pasti karena kalau penumpang banyak, motor tidak bisa dibawa lagi. Maklum, namanya juga gratisan,” katanya.

Kadis Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, program mudik gratis untuk membantu warga yang sulit mencari moda transportasi. Ketiga rute yang dipilih juga jarang dilayari kapal. Bahkan, dalam satu minggu hanya ada satu kapal yang beroperasi.

”Lebaran tahun lalu hanya dua kapal. Tahun ini kami tambah lagi,” kata Wahid. Penambahan dilakukan karena ada peningkatan jumlah pemudik melalui laut sebanyak lima persen. Pada tahun lalu ada 202.042 pemudik dan tahun ini naik menjadi 212.144 orang.

Data PT Pelindo III menyebutkan, dari 33 kapal untuk angkutan Lebaran di Tanjung Perak, hanya satu kapal ke Pulau Masalembu. Kapal itu beroperasi pada 7 Agustus 2012, dan selanjutnya pada 21 Agustus 2012. (Herpin Dewanto)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com