SOLO, KOMPAS.com - Pasca-penembakan dan penangkapan pelaku teror, suasana Kota Solo, Jawa Tengah, relatif tenang. Kendati demikian, sejak Sabtu (1/9/2012) siang hingga Minggu (2/9/2012), beredar berbagai informasi mengenai adanya aksi teror di beberapa tempat di Solo dan sekitarnya. Namun, ketika dicek kebenarannya, tak satu pun yang benar.
Informasi itu beredar melalui layanan pesan singkat (SMS) dan Blackberry Messenger, baik di masyarakat maupun media, antara lain ada penembakan di Pos Polisi Panggung, Jebres, dan Pasar Pon Solo, serta bom di Solo Grand Mall. Beredar juga informasi penangkapan pelaku teroris di Sunggingan, Kabupaten Boyolali, Jateng, dan informasi yang menyebutkan ada bekas peluru di restoran cepat saji Jack Star.
Mengenai berbagai isu itu, Kepala Polresta Solo Komisaris Besar Asdjimain meminta masyarakat tak mudah percaya. Ia juga mengakui mendapatkan banyak pertanyaan dari masyarakat seputar informasi yang beredar.
”Saya mengimbau masyarakat, informasi apa pun direspons dan diantisipasi, tetapi jangan menjadi ketakutan. Setiap informasi akan langsung kami cek ke lapangan dan kami sampaikan hasil pengecekan itu,” katanya.
Aktivitas warga Solo, Minggu, berlangsung tanpa gangguan. Pada Sabtu malam hingga Minggu, warung makan dan angkringan di pinggir jalan tetap dipenuhi warga. Walau demikian, polisi tetap terlihat siaga di sejumlah tempat. Beberapa mobil patroli polisi terlihat melintas di sejumlah wilayah Solo dan sekitarnya.
Minggu pagi, warga tetap memenuhi sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Solo, menikmati suasana car free day (hari bebas kendaraan bermotor). Warga umumnya mengaku tidak terpengaruh, apalagi takut dengan berbagai peristiwa yang terjadi di Solo belakangan ini.
”Suasananya biasa saja, sama seperti minggu-minggu sebelumnya. Biasa saja kejadian seperti itu,” ujar Jadi (40), warga Solo yang ditemui di Jalan Slamet Riyadi bersama dengan keluarganya.
Tak perlu takut
Asdjimain memuji sikap warga Solo yang dewasa menyikapi berbagai peristiwa teror yang terjadi belakangan ini. Hingga kini, ia menerima ucapan dari masyarakat atas dukacita yang dihadapi kepolisian atas tewasnya anggota kepolisian saat bertugas.
”Banyak yang mendukung polisi, meminta polisi tak perlu takut. Bahkan, semua pihak membantu mewujudkan rasa aman di tengah masyarakat. Sampai saat ini kami tetap siaga, didukung TNI, pemerintah daerah, dan kekuatan masyarakat,” ujarnya.
Jumat malam lalu, Detasemen Khusus (Densus) Antiteror menyergap tiga terduga pelaku teror yang menembak seorang polisi di Pos Polisi Singosaren, Ajun Inspektur Dua (anumerta) Dwi Data Subekti, hingga tewas. Dua di antaranya, yakni Farhan (19) dan Mukhsin (19), tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo.
Terduga lainnya, Bayu (24), warga Tipes, ditangkap di kediaman mertuanya, Wiji Siswo Suwito, di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jateng.
”Saya sedang tidur dan terbangun saat mendengar ribut-ribut. Saya lihat dari jendela, Bayu diborgol dan dibawa petugas. Kami mendengar Rini (istri Bayu) berteriak meminta tolong,” ujar Subagyo (48), adik dari Wiji.
Menanggapi penembakan dan penangkapan terduga teroris oleh Densus Antiteror, Endro Sudarsono dari Islamic Study and Action Center meminta polisi terbuka dalam menjalankan aksinya. Polisi juga harus bisa menunjukkan tersangka itu memang bersalah. (UTI/SON)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.