Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terduga Teroris: Kalau Ada Apa-apa, Bakar KTP Saya

Kompas.com - 03/09/2012, 21:30 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keterangan mengenai latar belakang salah satu terduga teroris yang tewas ditembak di Solo, Muchsin, mulai terkuak setelah seorang warga dari Batu Ampar, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, mengakui 90 persen kemiripan identitas anaknya dengan Muchsin.

Atas kejadian itu, Muslim Sanni Assidiqie (49), seorang warga Gang H Latief RT 03 RW 03, Batu Ampar, Kramat Jati, yakin bahwa ciri-ciri yang ia lihat pada foto jenazah Muchsin di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto atau RS Polri, Kramat Jati, sangat mirip dengan anak keduanya dari tiga bersaudara. Muslim mengatakan, tak lama setelah kejadian penyergapan Detasemen Khusus 88 Antiteror di Solo, kakak ipar Muslim di Solo mengabarinya melalui telepon dan mengatakan bahwa anaknya Muchsin telah tewas dalam penyergapan tersebut.

Ketika mendatangi RS Polri, Muslim diminta mengenali ciri-ciri jenazah salah satu terduga teroris Solo bernama Muchsin melalui foto dan gigi geligi. Dari situ, ia melihat adanya kemiripan dengan ciri fisik anaknya. "Kalau melihat urutan gigi, terus dari fotonya, 90 persen hampir mendekati benar itu anak saya," kata Muslim kepada Kompas.com saat ditemui di kediamannya, Senin (3/9/2012) sore.

Pria yang bekerja sebagai pegawai asuransi di Jakarta itu tampak terpukul dengan kematian putranya. Ketika bercerita, terkadang ia menahan kata-kata sampai dapat berbicara kembali. Ia menuturkan, pertemuan terakhirnya dengan Muchsin terjadi pada Minggu (27/8/2012). Waktu itu Muchsin tengah pulang ke Jakarta, tetapi pamit kembali ke Solo pada malam hari karena diajak teman bisnis dalam usaha ternak ikan.

"Saya kira karena anak saya sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab, saya enggak mikir apa-apa," tutur Muslim.

Anaknya yang bernama lengkap Muchsin Sanny Permadi, kelahiran 30 Agustus 1992, pernah menimba ilmu di Pesantren Ngruki milik Abu Bakar Baasyir. Tidak ada aktivitas mencurigakan dari sang anak meskipun Muchsin bersekolah di sana. Muslim mengaku memang pernah ada sedikit masalah admisitrasi keuangan saat anaknya di pesantren tersebut.

Muslim mengatakan, kadang-kadang ketika sedang tidak memiliki uang, ia tidak mengirim apa-apa untuk sang anak. Muslim menilai anaknya cukup tegar karena tidak pernah mengeluh sakit saat belajar di Solo. Muchsin juga dikenal sebagai anak yang santun di kalangan keluarganya.

Namun, Muslim sempat menaruh curiga ketika Sidik, kakak Muchsin, menyampaikan isi SMS sang adik kepada kakaknya tersebut. Muslim menuturkan, saat itu Sidik mengatakan bahwa Muchsin menitipkan KTP kepadanya. Sidik kemudian menyimpan KTP adiknya di dalam dompetnya.

"Kata kakaknya, Muchsin (kirim) SMS, 'Kalau ada apa-apa sama Muchsin, bakar saja KTP saya.' Saya langsung tanya ke abangnya, 'Kamu ada apa-apa kenapa enggak kasih tahu Bapak?'," kata Muslim seraya mengatakan bahwa SMS itu dikirim sebelum kejadian.

Kini keluarga Muslim menunggu panggilan polisi untuk melakukan tes DNA untuk memastikan apakah Muchsin yang tewas di Solo itu benar-benar anak Muslim. Keluarga baru dimintai sidik jari dan kelengkapan lain pada siang hari tadi.

Muslim mengaku ikhlas jika memang benar kejadian itu menimpa anaknya. "Kalau benar itu anak saya, ya mudah-mudahan itu keyakinan dia. Dia pernah telepon bilang sama saya, 'Mau mati-mati sahid.' Tapi saya tidak tahu maksudnya," kata Muslim.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com