Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thorik Ingin Anaknya Jadi Teroris

Kompas.com - 06/09/2012, 16:19 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mayoritas orangtua di dunia tidak ingin jika anaknya menjadi teroris. Berbeda dengan Muhammad Thorik (32), warga Tambora yang dipergoki warga tengah merakit bom di rumahnya, Jalan Teratai 7, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Dia ingin anak semata wayangnya menjadi teroris.

Dari pernikahannya sejak empat tahun silam dengan Sri Haryanti (27), ia dikaruniai anak bernama Gabriel (3). Kepada tetangganya, dia kerap mengatakan ingin menjadikan keturunannya sebagai teroris. "Ini anak gue mau gue jadiin teroris nih kalau sudah gede"," kata Yuyun, tetangga Thorik, menirukan ucapan Thorik di Jakarta, Kamis (6/9/2012).

Mendengar ucapan Thorik kepada anaknya di depan tetangga, ibunya, Iyot (61), sering menegurnya dan meminta Thorik untuk tidak berbicara sembarangan.

Di tengah masyarakat, Thorik memang dikenal sebagai orang yang keras jika membicarakan agama. Dia sering mengajak Yuyun berdebat mengenai agama. "Dia bilang kalau mau masuk surga harus puasa sebulan sekali, shalat yang wajib hari Jumat saja, hari lain enggak," katanya.

Subagyo, Ketua RT 02 RW 04, mengungkapkan, Thorik memang sering melakukan ibadah di masjid, tetapi dia tidak pernah bersedia untuk berjemaah. Thorik selalu menunggu jemaah selesai shalat, kemudian dia shalat sendiri.

Lepas tamat SMEA Fatahilah di Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat, Thorik memang pernah menuntut ilmu di pesantren selama dua tahun. Dia belajar agama tersebut di pesantren di daerah Solo. Thorik merupakan warga asli Tambora. Ia lahir dan besar di rumah orang tuanya di Jalan Teratai 7 yang kini dijadikan gerai telepon seluler.

Semenjak ayahnya meninggal dunia, Thorik tinggal bersama ibunya, Iyot; istrinya, Sri Haryanti; dan anaknya, Muhammad Gabriel. Thorik jarang sekali keluar rumah. Untuk membeli voucer HP di Roxy pun dilakukan oleh istrinya.

"Tapi yang melayani di konternya sih, ya Thorik," kata Yuyun.

Yuyun mengatakan, Thorik kadang menghilang selama dua hari membawa tas hitam. Tetapi, pakaian yang digunakan seperti masyarakat pada umumnya. "Malah kalau di rumah suka pakai celana pendek dan enggak pakai baju," kata Yuyun.

Hingga Kamis siang, kepolisian, Densus 88, Tim Gegana, Labfor Mabes Polri, dan Inafis telah melakukan olah TKP dan berhasil mengumpulkan barang bukti. Barang bukti tersebut di antaranya satu kaleng paku kecil, timbangan, cobek, potongan pipa, mangkok, telepon seluler, rangkaian elektronik sebagai penghubung, dan catatan tangan yang bertulis rumus pembuatan bom. Saat ini semua barang bukti sudah diamankan oleh Tim Gegana.

Kapolres Jakarta Barat Kombes Suntana mengungkapkan, Thorik memang orang yang berada dalam pantauan kepolisian. Riwayatnya yang pernah bergabung dalam salah satu kelompok radikal membuat Thorik tetap berada dalam pengawasan kepolisian. Sampai saat ini, Thorik masih dalam pencarian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com