Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Ahli: Nara Bertindak sebagai Agen Provokasi

Kompas.com - 18/09/2012, 22:02 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejarawan Indonesia, JJ Rizal, menjadi saksi ahli kasus pelaporan pernyataan Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Betawi Nachrowi Ramli. Menurut dia, pernyataan pria yang akrab disapa Nara itu harus dianalisis secara hati-hati karena terkait dengan konteks kultural historis.

"Di sini Pak Nara bertindak sebagai agen provokasi, wacana kesenjangan sosial yang dirasakan oleh orang Betawi itu sudah sejak lama, dan yang paling menarik wacana untuk tumbuh kembangnya dan benih-benih berkembangnya suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) dalam berpolitik sebagai pemicu masyarakat untuk ikut larut dalam tindakan SARA adalah wacana yang hidup di masyarakat orang Betawi sejak lama," kata JJ Rizal, di Gedung Prasada Sasana Karya, Jakarta, Selasa (18/9/2012).

Terkait pertanyaan Nachrowi Ramli, JJ Rizal mengatakan, tidak sepenuhnya Nachrowi bersalah.

"Dia menyampaikan saat Lebaran Betawi. Berdasarkan sejarahnya, warga Betawi ingin perubahan yang lebih baik, wajar kalau ingin pemimpinnya dari Betawi juga karena memang dari sejarahnya warga Betawi itu selalu kalah," ujarnya.

Mengenai konteks keluar dari Jakarta, itu dikatakannya, menurutnya bukan pengusiran dari Betawi, tetapi keluar dari kebetawian.

"Ada video yang dipotong, keluar mengacu dari kebetawiannya. Jadi, menurut saya, perkataan itu pernyataan orang yang dianggap pemimpin kaum kepada kaumnya kepada forum adat. Saya di sini hanya memberikan pandangan dari sisi nilai historisnya saja," kata JJ Rizal.

Menurut Rizal, di kepala orang Betawi, wacana tumbuhnya SARA sangat kuat, tetapi tidak pernah diselesaikan pemerintah.

"Maksudnya, yang kita persoalkan dia mengucapkan kepada suatu adat Betawi yang sudah terpencar lama. Masalah-masalah itu memasuki dunia politik, orang Betawi punya mimpi historis, bukan berarti mengusir," katanya.

Dikatakannya, orang Betawi masih banyak tinggal di Ibu Kota, tetapi partisipasi politiknya menjadi kian terabaikan di masa kolonial, yang betul-betul merasakan terjajah secara geografi. Kemiskinan wacana seperti ini membuat dalam pikiran berkembang konteks SARA.

"Banyak juga, kan, unsur SARA seperti jalan kampung Ambon, Little India," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) DKI Ramdansyah mengatakan, terkait pemberitaan video Nara di Lebaran Betawi sudah diverifikasi dengan memanggil lembaga penyiaran.

Seperti yang diberitakan, Tim Advokasi Jakarta Baru melaporkan pasangan Fauzi Bowo tersebut ke Panwaslu DKI Jakarta terkait pernyataan kontroversialnya yang sempat terlontar pada acara Lebaran Betawi oleh Badan Musyawarah (Bamus) Betawi di Jakarta Utara, Senin (10/9/2012).

Adapun pernyataan pria yang akrab disapa Nara adalah, "Saya mengingatkan memang kita ingin bersatu untuk Jakarta. Silakan keluar dari Betawi jika tidak memilih orang Betawi," ujar pria yang akrab disapa Nara saat menutup sambutan dalam acara yang bertemakan Lebaran di Kampung Betawi Bersatu untuk Jakarta.

Selain itu, Tim Advokasi Jakarta Baru juga sudah melaporkan pernyataan Nara itu ke Komnas HAM. Ketua tim advokasi Jokowi-Basuki, Habiburokhman, menilai pernyataan Nara sebagai bentuk kampanye yang bernada suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) sehingga melanggar UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 78 Huruf b dan c, yakni tentang pernyataan yang mengandung fitnah, menghasut, dan menghina seseorang karena suku, ras, agama, dan antar-golongan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com