Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Doktrin Senior Jadi Pemicu Tawuran

Kompas.com - 27/09/2012, 02:06 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran yang kerap kali terjadi pada anak sekolah banyak dipengaruhi oleh doktrin senior kepada junior. Doktrin ini menjadi topik yang sering dibicarakan terutama ketika senior memberikan pengaruh di lingkungan sekolah saat masa orientasi.

"Kebanyakan sekolah tidak menetapkan kriteria mengenai senior dengan memberikan budi pekerti yang baik. Sekolah hanya menilai melalui akademik saja siapa yang boleh menjadi senior," kata psikolog forensik Reza Indragiri, kepada Kompas.com, Rabu (26/9/2012) malam.

Reza mengatakan, tawuran yang sering terjadi di Jakarta mayoritas memang sejak awal sudah dicekoki oleh senior dengan topik "SMA tertentu adalah musuh kita". Seharusnya untuk menanggulangi hal tersebut, pendidikan harus mengambil kembali isu tentang pentingnya masa orientasi siswa dan menelaah kembali isinya.

Reza menambahkan, menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, siswa SMA masih bisa masuk pada kelompok usia kanak-kanak. Tetapi faktanya nalar mereka sudah bekerja dengan baik, bahkan sampai melakukan tindakan anarkis.

"Jadi patokan usia pada UUPA justru mempersulit langkah hukum yang seharusnya bisa dikenakan terhadap para pelajar yang kemudian menjadi pembunuh," kata Reza.

Menurutnya, indikator usia biologis bisa saja hanya menjadi tameng. Dirinya lebih setuju jika usia psikologislah yang dijadikan dasar pada UUPA. Hasil dari usia yang dipandang secara psikologis dapat menilai pelaku telah menuju kedewasaan (nalar berjalan, sudah tahu benar dan salah) atau tidak untuk ditindak sesuai KUHP.

Reza mengingatkan, UUPA jangan sampai dijadikan sebagai alat terhadap kebiadaban orang-orang yang disebut anak. Kalau perlu, sekolah yang sering terlibat tawuran tidak merekrut siswa baru selama 4-5 tahun. Tujuannya tentu saja untuk memastikan senior sudah mendapatkan kerja atau masuk Perguruan Tinggi, sehingga tidak mewarisi nilai kekerasan pada adik-adik kelas mereka.

"Senior yang mencuci otak junior agar memusuhi sekolah lain juga bisa dijemput polisi. Ada pasal pidana terkait penghasutan di tempat umum," ungkap Reza.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam seminggu minggu terakhir, terjadi tawuran yang menewaskan dua siswa sekolah. Pada Senin (24/9/2012) terjadi bentrok antara SMA 6 dan SMA 70 bulungan, Jakarta Selatan. Dalam tawuran tersebut menewaskan Alawy Yusianto Putra (15).

Tawuran juga terjadi pada Rabu (26/9/2012), antara sekolah Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMA Kartika Zenni di jalan Minangkabau, Jakarta Selatan. Dalam tawuran tersebut merenggut nyawa Deny Yanuar, siswa kelas XII SMA Yake karena tusukan senjata tajam ditubuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com