Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang KRL: Ada Uang Ada Barang!

Kompas.com - 01/10/2012, 07:40 WIB
Sabrina Asril

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Mulai hari ini, Senin (1/10/2012), PT Kereta Api Indonesia menaikkan tarif Kereta Rel Listrik Commuter Line (CL) untuk semua rute di kawasan Jabodetabek. Sebagian besar penumpang mengaku merasa "tidak ikhlas" dengan kenaikan tarif ini.

Putri Lenggo Sari (24), karyawan swasta di kawasan Sudirman, menuturkan bahwa dirinya sudah tahu sejak jauh hari soal kenaikan tarif ini. Ia mengetahuinya dari pemberitaan di media massa dan akun Twitter @CommuterLine.

Namun, Sari mengaku seperti "dipaksa" untuk menerima kenaikan tarif ini, sementara fasilitas kereta masih saja buruk. "Harusnya ada uang ada barang. Tarif naik sebenarnya enggak sudi karena fasilitas masih gini-gini aja," tukas Sari.

Sari mengatakan, sudah sejak tahun 2011 lalu dirinya menggunakan moda transportasi kereta api. Kondisi jalanan Jakarta yang macet parah membuat Sari tak lagi punya pilihan lain selain naik kereta api yang lebih memangkas waktu.

Untuk sampai ke kawasan Sudirman saja dari kediamannya di daerah Depok, Sari paling tidak harus menempuh waktu dua jam perjalanan di pagi hari. Sementara dengan kereta api, hanya menempuh waktu 30 menit. Dengan demikian, meski tarif naik, Sari mengaku tetap akan menggunakan kereta api.

Namun, ia meminta perbaikan terutama di persoalan pendingin yang kerap mati. "Saya sudah bayar lebih mahal untuk kereta Commuter Line, kalau AC-nya mati, sama saja kayak naik kereta ekonomi dengan harga mahal," ucapnya.

Hal lainnya yang dikeluhkan Sari adalah tentang ketidaktepatan jadwal kereta yang kerap terjadi. Ketidaktepatan jadwal sering terjadi lantaran ada kereta ekonomi yang mogok sehingga membuat jadwal kereta-kereta lainnya molor. "Seharusnya dengan naik tarif begini, hal-hal seperti itu tidak terjadi. KAI harus sadar diri, ada uang rakyat di situ," ujarnya kesal.

Sementara itu, Shinta, mahasiswi semester VII jurusan Sastra Rusia UI, juga mengaku tak ikhlas dengan kenaikan tarif ini. Namun, alasan waktu lagi-lagi membuat Shinta tetap memilih kereta api untuk bepergian. "Tentunya saya berharap supaya naiknya tarif, frekuensi kereta bisa ditingkatkan," kata Shinta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com