Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Pulo, Riwayatmu Kini...

Kompas.com - 14/10/2012, 07:49 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Pulo, yang terletak di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, mungkin sudah tak asing bagi warga Jakarta. Ratusan rumah yang terendam air luapan Kali Ci Liwung, menjadi bayangan yang terlintas saat menyebut nama salah satu kampung tertua di Jakarta tersebut. Layaknya daerah-daerah yang ada di bilangan ibukota lainnya, nama Kampung Pulo turut memiliki cerita menarik di baliknya. Antara lain kehidupan masyarakat saat kolonial Belanda hingga Jepang berkuasa. Belum lagi pertambahan penduduk membuat warga Betawi di Kampung Pulo harus beradaptasi dengan kelompok masyarakat dari suku lainnya.

Marhasan (89), salah satu orang tua di Kampung Pulo. Meski usianya renta, ingatannya cukup tajam. Dari pria yang lebih terkenal disapa Babeh Acang ini, Kompas.com mendapatkan cerita menarik tentang sejarah Kampung Pulo. Ditemui di rumah sederhananya, Babeh Acang bercerita tak berhenti.

"Kenapa disebut Kampung Pulo, karena Kali Ci Liwung ngiterin kampung kita. Sebelah kiri kali, sebelah kanan juga kali, jadi kampung kita kaya pulau adanya di tengah-tengah, gitu ceritanya," ujar Babeh Acang dengan semangat.

Secara geografis, kampung yang kini terdiri dari dua RW, yaitu RW 02 dan RW 03, itu memang dikepung Kali Ci Liwung. Sisi selatan, timur dan utara, Kampung Pulo berbatasan dengan kali yang berhulu di kawasan Bogor itu. Sisi barat Kampung Pulo berbatasan dengan Bali Mester.

Pria yang indera pendengarannya tak lagi tajam tersebut, lahir dan besar di Kampung Pulo. Segala peristiwa penting dan perkembangan kampung yang kerap disebut kampung banjir itu pun telah dialaminya, termasuk ketika penjajah Belanda melakukan aktivitas dagang di Jatinegara, daerah pusat perdagangan kala itu. Ketika zaman Belanda, Kali Ci Liwung, menjadi akses para penambang pasir. Saat masih bocah, ia sering melihat kapal yang hanya tersisa sejengkal saja dengan permukaan air karena penuh dengan pasir. Kapal-kapal itu melabuhkan muatannya di Manggarai untuk selanjutnya dikirim ke daerah lain untuk pembangunan.

"Kalau waktu zaman Jepang juga paling jahat itu. Daerah yang sekarang namanya Rawabunga, dulu namanya Rawabangke. Soalnya orang-orang yang nggak nurut sama Jepang dibunuh terus dibuang ke Rawabangke. Dulu itu masih rawa-rawa," lanjut pria lima anak tersebut.

Zaman demi zaman, Kampung Pulo mengalami perubahan. Namun, segala perubahan itu tetap tak menghilangkan wajah aslinya, yaitu banjir. Pasalnya, memang sejak kecil, bahkan sebelum ia lahir, jika wilayah Bogor dilanda hujan, rumah di Kampung Pulo pun turut terendam akibat luapan air Kali Ci Liwung. Terbiasalah warga Kampung Pulo dengan kondisi demikian.

"Cuma, banjir dulu beda sama banjir sekarang. Kalau dulu biar banjir juga airnya bersih, coba sekarang, boro-boro. Tapi, sejak saya di sini, banjir paling besar itu ya tahun 1996, 2002 sama 2007, itu air sampai atap rumah," ujar Babeh Acang.

"Dulu, di kali juga masih banyak ikan. Ikan tawes, ikan gurame, ikan mas, ikan lele, udang. Sambil mandi sambil mancing. Sekarang paling dapet ikan sapu-sapu doang," lanjut Babeh Acang.

Harmonis

Perubahan lain yang turut dirasakan Babeh Acang adalah jumlah penduduk yang semakin banyak. Pasalnya, perpindahan penduduk yang tinggi membuat Kampung Pulo kini, tak hanya dimiliki oleh orang Betawi, tetapi juga etnis lainnya. Namun, kondisi demikian bukan masalah. Hingga saat ini, belum terdengar warga antar etnis di Kampung Pulo bersitegang.

"Dulu ada orang Banten, orang Medan, orang Madura, orang Bugis. Mereka tinggal kelompok-kelompok sendiri. Kalau sekarang sudah campur satu sama lainnya," ujar Babeh.

Seperti daerah lain, di balik sejarah panjangnya, Kampung Pulo turut menyisakan cerita-cerita rakyat yang tak lepas dari keberadaan Kali Ci Liwung. Sebut saja buaya buntung dan makhluk lainnya, seperti Si Gagu dan si Sengkok yang keberadaannya dipercaya melindungi warga Kampung Pulo dari kejahatan. Salah satu contohnya adalah yang dialami anak kandung Babeh Acang sendiri. Beberapa tahun lalu, ada pelaku kejahatan yang ingin melakukan pencurian kendaraan bermotor di Kampung Pulo. Keanehan pun terjadi karena setelah berhasil melakukan aksinya, pelaku seakan-akan hanya berputar-putar di gang sempit Kampung Pulo.

"Setelah pelaku ketangkep warga, kan ditanyain. Ternyata dia bilang pas mau keluar, ada gerbang gede dijaga orang tinggi besar. Akhirnya dia balik lagi cari jalan lain sampai ketangkep," ujarnya.

Jakarta, memang selalu menyimpan cerita di balik gerak cepat masyarakatnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com