Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengumpul Ranjau Paku: Uang Bukan Tujuan

Kompas.com - 02/12/2012, 13:06 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jejak kaki di aspal berdebu menjadi bukti langkah perlahan lelaki itu. Sebatang tongkat berujung magnet mengiringi jalannya. Debu dan asap kendaraan, panas terik matahari, serta ancaman tertabrak kendaraan seolah menu hariannya. Ia adalah Abdurrohim (43) pengumpul ranjau paku jalanan yang tanpa disadari acap menghindarkan pengendara motor dari ban kempes. 

Menjadi pengumpul paku yang tergabung dalam komunitas Saber menjadi pilihan Abdurrohim. Wilayah kerjanya adalah seputar jembatan layang Roxi, Jakarta Pusat. Biasanya, pria 3 orang anak iini mulai menapaki jembatan sebelum dan setelah pulang dari tempat kerjanya sebagai supir di Grand Garden, Jakarta Barat. Ia sudah melakukan kegiatan sosial seperti ini sejak 2 tahun lalu.

"Kalau pagi, saya biasanya operasi paku ini dari jam setengah enam pagi sampai jam tujuh," kata Abdurrohim. Operasi ranjau paku sendiri dilakukan pada tiga sesi. Sesi pertama pada pukul 05.30 - 07.00, sesi kedua pada pukul 11.00 - 12.30, dan sesi ketiga pukul 16.30 - 17.30. Di Jakarta, ada 40 orang yang melakoni pekerjaan sukarela ini. Sedang yang memegang wilayah Jakarta Barat ada 5 orang.

Menurut kisah Abdurrohim, tahun lalu ia menangkap basah penyebar paku di daerah Glodok. Mereka biasanya menggunakan sepeda motor untuk menyebar paku. Saat ditangkap, penyebar paku sempat akan dikeroyok massa, tetapi berhasil di selamatkan oleh petugas kepolisian di sekitar daerah tersebut. Akibatnya Abdurrohim dan teman-temannya menjadi sasaran kebencian para penyebar paku.

Lelaki kelahiran 1969 ini mengumpulkan paku sebagai bentuk kesadaran membantu orang lain, sekaligus menambah penghasilannya meski tak seberapa. Terhitung dari bulan Agustus sampai akhir November, Abdurrohim sudah bisa mengumpulkan 90 kg paku. Dalam satu hari, Abdurrohim bisa mengumpulkan paku sebanyak 3 kg sampai 5 kg.

Banyaknya paku yang ia  dikumpulkan ia catat untuk mengetahui jumlah keseluruhan setiap tahunnya. Setelah dicatat, biasanya paku yang diperoleh ia jual ke pengepul yang biasa ia panggil Pak Haji senilai antara Rp 7.000 per kilogram hingga Rp 10.000 per kilogram.

Bagi Andurrohim, uang yang ia dapatkan hanyalah bonus kecil dari tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Menurutnya, membantu sesama dengan membersihkan ranjau paku lebih penting dibanding uang yang ia dapatkan. "Uang bukan tujuan saya. Yang paling penting, saya bisa membantu orang lain dengan membersihkan paku. Operasi ranjau paku juga bisa mencegah kecelakaan bagi pengguna jalan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com