Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

162 Bayi Dibuang, 143 Diculik, Pelaku Tak Terungkap

Kompas.com - 21/12/2012, 16:00 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang 2012, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat terjadi 162 kasus pembuangan bayi di Indonesia. Hampir pasti, pelaku tindakan kejam tersebut adalah orang terdekat, misalnya orangtua sendiri. Ironisnya, tidak ada satu pun kasus pembuangan bayi yang berhasil terungkap.

Sekretaris Jendral Komnas PA, Samsul Ridwan menjelaskan, 162 bayi tersebut terdiri dari 87 bayi berjenis kelamin laki-laki dan 75 bayi wanita. Sebanyak 162 bayi malang tersebut kebanyakan ditemukan di tempat-tempat yang tidak layak, misalnya semak-semak dan lainnya.

"82 Kasus di aliran sungai, 26 kasus di tempat sampah, 18 kasus di halaman rumah, 7 kasus di rumah sakit, 10 kasus di semak-semak, 2 kasus masing-masing di terminal dan pasar, 13 kasus di selokan dan 2 kasus di pemakaman," ujar Samsul dalam laporan akhir tahun di Kantor Komnas PA, Jakarta Timur, Jumat (21/12/2012).

Naasnya lagi, 129 dari jumlah bayi tersebut ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Sementara 33 bayi ditemukan dalam kondisi hidup. Bayi-bayi yang hidup pun berujung pada adopsi yang dilakukan masyarakat melalui rumah sakit atau tempat penampungan sementara bayi tersebut.

Angka memprihatinkan juga didapat Komnas PA terkait jumlah penelentaran anak di Indonesia Sebanyak 4,8 juta anak terlantar dan 12,3 juta hampir terlantar. Adapun 2,5 juta dari 4,8 juta anak terlantar itu adalah korban kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Sementara 232.000 lainnya adalah anak jalanan.

"Kita menduga ini dilakukan orang terdekat. Lemahnya pemahaman keluarga, orangtua terhadap anak memicu terjadi kekejaman pada anak," jelasnya.

Sindikat Dalangi Penculikan Bayi di Rumah Sakit

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait juga mengungkapkan, sepanjang tahun 2012, terjadi fenomena kasus pelanggaran hak anak yang cukup menjadi sorotan, yakni penculikan bayi oleh sindikat perdagangan manusia. Lokasi yang menjadi tempat favorit pelaku adalah rumah sakit atau puskesmas tempat proses kelahiran.

"Ada 143 pengaduan kasus penculikan bayi dan anak. 62 kasus di antaranya hilang dari rumah bersalin seperti rumah sakit, klinik bersalin, puskesmas dan lainnya," papar Arist.

Arist menduga, tindakan itu dilakukan oleh sindikat perdagangan manusia yang cara kerjanya melibatkan oknum rumah sakit seperti perawat, bidan, bahkan petugas kebersihan dan pegawai non medis.

Beberapa juga menunjukan pelaku bekerja di saat sang ibu lengah, seperti yang terjadi pada pasutri Nurdiansyah (31) dan Syifah Maisyatul (20) di Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu silam. Ia kehilangan bayi empat harinya, Cello Aditya di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Siti Zahroh.

"Ironisnya, tak ada satu pun pelaku yang berhasil ditangkap. Padahal ini jelas kasusnya melibatkan sindikat untuk diperdagangkan lagi," lanjut Arist.

Di tahun mendatang, Arist mengatakan tak melihat sinyal baik dari pemerintah untuk menangani kondisi tersebut. Untuk itu, ia berharap kepada keluarga, khususnya ibu-ibu yang melahirkan agar memilih tempat bersalin yang tepat dan mengawasi proses kelahiran sang bayi hingga pemulangan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com