Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Tidak Bisa Sendiri Atasi Banjir

Kompas.com - 24/12/2012, 03:32 WIB

Permasalahan banjir dan sampah yang memenuhi sungai di Jakarta tidak akan pernah bisa diselesaikan sendiri oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebagai kawasan muara dari 13 sungai, mengatasi sampah dan banjir di ibu kota negara ini sangat terkait dengan beberapa pemerintah daerah tempat kawasan hulu sungai berada. Namun, hingga saat ini segala persoalan yang ada baru ditangani secara parsial.

Hingga Minggu (23/12), pukul 11.00, banjir akibat luapan Sungai Ciliwung yang terjadi sejak dini hari baru surut sebagian di kawasan Kelurahan Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur. Menurut pengamatan Bahir (50), warga setempat, endapan sampah menyebabkan banjir luapan Ciliwung di tempat tinggalnya sekarang ini semakin lama surut. Sungai menjadi dangkal dan alurnya juga jadi berubah.

”Beda dengan saat saya kecil, alur sungai di dekat rumah saya ini relatif lurus. Tetapi sekarang banyak gundukan sampah di dekat tepiannya dan gundukannya selalu berpindah-pindah,” tutur warga asli Cawang ini.

Permasalahan yang digambarkan Bahir tak lain persoalan kawasan bantaran Sungai Ciliwung dan sejumlah sungai lainnya di Jakarta, dengan karakteristik umum bantarannya dipadati penduduk dan industri rumah tangga. Ditambah perilaku warga yang masih membuang sampah ke sungai.

Bahkan kebiasaan menjadikan Sungai Ciliwung sebagai tempat pembuangan sampah juga sudah terjadi sejak dari kawasan hulu. Komunitas Peduli Ciliwung Bogor pernah menggelar susur Sungai Ciliwung tahun 2011 dari hulu di kawasan Puncak hingga ke Condet, Jakarta. Hasilnya, ditemukan banyak sampah di Ciliwung sejak di Puncak hingga Jakarta.

Di pintu air Kalibaru depan Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur, selama musim hujan ini kerap didapati sampah berupa kayu gelondongan yang sudah pasti datangnya juga dari hulu. Warga setempat di Cililitan biasa menyebut sampah gelondongan kayu itu sampah kiriman dari ”atas”.

Belum lagi limbah industri rumah tangga, seperti limbah pabrik tahu di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Deretan WC dan kamar mandi apung di Kampung Melayu hingga sebelum Pintu Air Manggarai menambah kondisi lingkungan Sungai Ciliwung semakin buruk.

Semakin sempit

Memburuknya kondisi lingkungan sungai tak hanya terjadi di bantaran. Daerah aliran sungai yang semestinya bisa menjadi kawasan resapan kini juga semakin sempit akibat alih fungsi lahan. Air hujan tak lagi dapat meresap ke dalam tanah, tetapi menjadi air permukaan dan menyebabkan Sungai Ciliwung lebih mudah meluap saat curah hujan tinggi.

Seperti dirilis Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung di situs bebasbanjir2025.wordpress.com, sejak tahun 1993 di sejumlah kawasan di Jabodetabek terjadi alih fungsi lahan seluas 9.149,84 hektar. Peralihan itu dari areal perkebunan yang berstatus hak guna usaha menjadi hak guna bangunan dan hak milik. Forest Watch Indonesia mencatat tutupan daerah aliran sungai Ciliwung berkurang 5.000 hektar dalam kurun waktu 2000-2009.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com