Siswa SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 Jakarta Selatan sebelumnya sering terlibat tawuran. Namun, tidak demikian pada Jumat (1/2) dan Sabtu (2/2) malam. Siswa kedua sekolah itu sangat akrab, hangat, menjalin kerja sama apik, dan saling membutuhkan. Teater telah mempersatukan mereka dalam pertunjukan yang sangat menawan di Auditorium Gelanggang Remaja Jakarta Selatan Bulungan.
Teater Enhakam SMAN 6 dan Teater 70 SMAN 70 Jakarta Selatan tampil bersama mementaskan Mimesasiso. Pergolakan antara cinta, uang, dan takdir menjadi tema pementasan siswa kedua sekolah itu.
Uang dapat membuat manusia saling berkompetisi. Adapun cinta dapat membuat manusia saling mengasihi atau bahkan saling membenci dan akhirnya semuanya berujung pada takdir. Namun, saat uang, cinta, dan takdir saling berusaha menguasai hidup manusia, hanyalah
Drama enam babak ini mengisahkan Cinta, Uang, dan Takdir yang merasa bahwa dirinya masing-masing memiliki peran terbesar dalam hidup manusia. Uang yang diperankan Ni Putu Anggelina merasa bahwa dirinya dapat membuat manusia saling mencintai atau saling membunuh. Cinta yang diperankan Shinta Maharani merasa bahwa dirinya dapat membuat manusia bahagia dan terluka. Adapun Takdir, yang diperankan Mario Djabar, merasa bahwa dirinyalah yang memiliki hidup dan mati manusia.
Akhirnya, untuk membuktikan siapa di antara ketiganya yang paling berpengaruh, Takdir, Cinta, dan Uang menjelma menjadi memesis, tiruan manusia. Di alam manusia, Takdir menjadi Mimeso, Cinta menjadi Mimesa, dan Uang menjadi
Saat menjadi Mimeso, Mimesa, dan Mimesi mereka hadir dalam gejolak politik, kehidupan orang-orang pinggiran, dan
Usaha untuk mencari siapa yang lebih berpengaruh dalam hidup manusia tersebut berakhir pada kekacauan. Takdir dan Uang akhirnya mati, hanya Cinta yang masih bertahan. Namun, sayangnya Cinta harus kehilangan semuanya.
Sutradara pementasan malam itu, Tika Brivani dan Tamimi Rujita, mengungkapkan, lewat pementasan ini pesan yang ingin disampaikan ialah perbedaan sudut pandang terhadap uang, takdir, dan cinta hanya membuat manusia hancur. ”Manusia lama-lama akan lemah jika mengikuti permainan cinta, uang, dan takdir,” tutur alumnus SMAN 6 Jakarta ini. Sebelumnya, kedua sekolah ini pernah berkolaborasi pada 2005.
”Semoga kolaborasi dua sekolah yang bersaudara ini juga terwujud dalam bentuk-bentuk lain, seperti di beberapa kegiatan ekstrakurikuler,” tutur Kepala SMAN 70 Saksono Lilik Susanto yang malam itu memberikan sambutan.