Alunan musik dangdut pengamen menghibur penumpang kereta rel listrik ekonomi jurusan Serpong-Tanah Abang, Senin (25/3).
Pedagang asongan makanan, minuman, buah, mainan, koran sampai buku, buah, bahkan perkakas dapur hilir mudik dalam gerbong menawarkan dagangan kepada penumpang yang duduk kepanasan. Kereta rel listrik (KRL) ekonomi tidak berpenyejuk udara. Namun, ada yang menyindir KRL ini tetap punya AC, singkatan dari angin cendela (jendela).
Angin berembus dari pintu dan jendela kereta yang selalu terbuka. Embusan angin cukup kencang, tetapi gagal mendinginkan kereta yang disesaki penumpang, pedagang, pengemis, dan pengamen.
Penderitaan terasa komplet dengan asap rokok dari penumpang yang tidak punya kepedulian pada orang lain. Sampah botol atau gelas plastik bekas minuman, kantong makanan, dan kertas bertebaran di lantai gerbong. Sejumlah anak usia belasan tahun asal-asalan menyampu lantai sambil meminta uang kepada penumpang.
Suasana di kereta lebih mirip pasar daripada sarana transportasi publik. Pemandangan serupa ada di KRL ekonomi jurusan Bekasi-Jakarta dan Bogor-Jakarta yang akan segera jadi kenangan. KRL Ekonomi Serpong-Tanah Abang dan Bekasi-Jakarta akan dihapus per 1 April 2013.
”Saya dengar pengumumannya di stasiun,” kata Zulkifli (42), penumpang yang hendak berbelanja ke Tanah Abang. Bagi Zulkifli yang hampir setiap hari memakai KRL ekonomi bertarif Rp 1.500-Rp 2.000, penghapusan itu sangat memberatkan.
”Saya kemungkinan naik sepeda motor,” kata Zulkifli. Naik sepeda motor berisiko tinggi terjatuh karena muatan. Untung juga tidak besar. Namun, pindah ke KRL
Apalagi, di
Hal serupa dikeluhkan pedagang asongan, Bobby (28). Penghapusan berarti tidak ada tempat baginya untuk berjualan mainan anak-anak. KRL ekonomi sudah jadi sumber penghasilannya selama bertahun-tahun.
Di stasiun dan