Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empati Sosial di Rawabuaya...

Kompas.com - 09/04/2013, 08:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Malam itu, Minggu (7/4/2013) pukul 22.00, rumah pasangan suami-istri BN (45)-JN (40) digedor warga sekitar. Puluhan warga berkerumun di sekitar rumah. Kegelisahan warga Rawabuaya, Cengkareng, Jakarta Barat, yang bak api dalam sekam itu akhirnya meledak juga.

Saat BN membuka pintu, dia langsung digelandang warga ke Markas Kepolisian Sektor Metro (Polsektro) Cengkareng. Di perjalanan, BN juga mendapat bogem mentah sepukul dua pukul orang- orang yang marah terhadap BN yang ketahuan sudah berulang kali memerkosa anak tirinya, L (17), hingga hamil lima bulan.

Warga juga memaksa JN ikut ke kantor polisi, melaporkan kasus yang menimpa putri kandungnya itu. Warga menyatakan siap melindungi JN dan L jika keduanya diancam BN.

Menurut Mortua (45), tetangga keluarga korban yang tinggal satu rumah kontrakan di Rawabuaya, korban sejak Desember tahun lalu sudah jarang ke luar rumah menyapa tetangga. L yang dulunya ramah dan suka menyapa tetangga menjadi pendiam.

Rika (16), teman dan tetangga korban, menambahkan, sejak itu L lebih banyak tinggal di lantai dua rumahnya yang berukuran 2 x 3 meter. ”Dia (korban) enggak berani turun, tinggal di atas terus. Kalau saya main ke rumahnya, sama bapaknya enggak boleh turun,” kata Rika, Senin (8/4/2013). Ia pun curiga pada penampilan korban.

”Waktu dia (korban) cuci piring, saya lihat kok perutnya makin gede,” ujarnya.

Kesaksian Rika pun akhirnya jadi bisik-bisik tetangga. Mortua lantas bertanya kepada ibu korban tentang isu yang beredar meluas bahwa L hamil.

”Waktu hamilnya belum gede, ibunya nutup-nutupin. Akan tetapi, waktu hamilnya masuk empat bulan, ibunya akhirnya ngaku,” kata Mortua.

Pengakuan itu juga terkuak didahului cekcok antara pelaku dan istrinya. Suara keras pertengkaran suami-istri itu didengar tetangga.

Menurut Mortua, sejak L hamil, BN yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini memang terlihat sering mengawasi L dengan ketat. Ke mana pun korban pergi, selalu diantar BN.

Awalnya, JN kepada para tetangganya yang curiga mengatakan bahwa apa yang dilakukan BN adalah bentuk perlindungan dan kasih sayang BN pada L.

"Awalnya, ibunya bilang begitu. Namun, setelah perut L tambah gede, ibunya baru ngaku setelah makin sering ribut sama suaminya. Ternyata di balik rasa sayang itu ada maksud lain,” kata Mortua.

BN juga melarang korban bertemu dengan teman-temannya. ”Katanya, L mesti hati-hati sama teman-temannya yang pada penyakitan,” papar Mortua.

Oleh karena itu, warga sangat marah dengan kelakuan BN. ”Kami, teman-teman L, kesal sama kelakuan BN. Dia yang penyakitan syahwat, eh, kami yang dituduh penyakitan,” ujar Rika.

PPA polres

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com