Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA : Edwin Diduga Kuat Korban Malapraktik

Kompas.com - 10/04/2013, 13:55 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan, situasi yang menimpa bayi berusia 2,5 bulan atas nama Edwin Timothy Sihombing, diduga kuat sebagai bentuk tindakan malapraktik. Hal tersebut berdasarkan laporan yang dilakukan ayah Edwin kepada pihaknya.

"Ada dugaan malapraktik. Itu dilihat dari fakta yang diberikan kepada orangtua kepada kami," ujarnya usai bertemu dengan ayah Edwin di kantor Komnas PA, Jalan TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (10/4/2013).

Arist mengatakan, pihaknya melihat, terdapat tiga hal dalam serangkaian proses penanganan medis yang diberikan dokter RS Harapan Bunda kepada Edwin yang menjadi pintu masuk adanya dugaan malapraktik. Pertama, saat Edwin masuk ke IGD khusus anak. Kedua, mengapa infus yang diberikan kepada Edwin menyebabkan bengkak pada titik infus serta jari telunjuknya. Ketiga, adanya upaya dokter menggunting telunjuk bayi tanpa sepengetahuan orangtua terlebih dahulu.

Menurut Arist, dokter yang melakukan tindakan medis terhadap Edwin pertama kali, telah salah dalam mendiagnosa. Orangtua membawa Edwin ke rumah sakit atas keluhan demam. Namun saat berada di IGD, dokter memberi obat antikejang dengan alasan Edwin dianggap mengalami kejang.

"Apakah kejang yang dimaksud tergoncang-goncang badannya, matanya merem melek akibat menahan sakit yang luar biasa, kan tidak begitu menurut orangtuanya ternyata," ujar Arist.

Maka dari itu, saat RS Harapan Bunda merujuk Edwin ke RSUD Pasar Rebo untuk diperiksa syarafnya, hasilnya terbukti negatif. Tidak ada gangguan syaraf pada bayi malang tersebut. Hal kedua yang menjadi dugaan kuat rumah sakit melakukan malapraktik adalah mengapa cairan infus yang diberikan dokter pertama kali, malah menyebabkan pembengkakan dan pembusukan di titik infus hingga jari telunjuk bayi tersebut.

Arist mengatakan, diduga terjadi kesalahan saat dokter menyuntikan infus ke tangan Edwin. Ketiga, kata Arist, adalah hal yang paling fatal. Yakni, mengapa dokter nekat menggunting dua ruas jari telunjuk Edwin tanpa memberitahukan kepada orangtuanya terlebih dahulu. Padahal, sang ibu, Romauli Manurung (28), sehari-hari menjaga sang bayi di rumah sakit tersebut.

"Apalagi pengguntingan itu tidak dilakukan di ruangan operasi, tapi malah di ruangan rawat. Itu saja menurut kami sudah melanggar prosedur penanganan medis bagi anak," kata Arist.

Sebelumnya diberitakan, Edwin bayi berusia 2,5 bulan terpaksa kehilangan separuh jari telunjuk kanannya setelah digunting dokter RS Harapan Bunda. Orangtua pun menduga kuat adanya kesalahan penanganan pada bayinya tersebut. Semula, orangtua membawa Edwin datang ke RS itu atas keluhan demam tinggi.

Di ruang IGD khusus anak, dokter memberikan sejumlah penanganan pertama, mulai dari cairan infus di punggung tangan kanan, obat antikejang lewat dubur dan peralatan bantu pernafasan. Namun, keanehan mulai tampak di hari ketiga perawatan. Jari telunjuk hingga titik infus di tangan kanannya mengalami pembengkakan. Lama kelamaan mengeluarkan nanah hingga tampak membusuk.

Kondisi itulah yang berujung pada upaya dokter mengamputasi dua ruas jari telunjuknya menggunakan gunting operasi, tanpa sepengetahuan kedua orangtua bayi. Kini, dua ruas jari telunjuk kanan Edwin, hilang berganti balut perban. Gonti dan sang istri hanya bisa pasrah atas kondisi itu. Mereka berharap manajemen rumah sakit menepati janjinya untuk mengobati telunjuk Edwin hingga sembuh.

Berita terkait, baca :

DOKTER GUNTING JARI BAYI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com