Gresik, Kompas -
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan-lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi, Minggu (21/4), menuturkan, Gerakan Aksi Pemulihan Brantas digaungkan sejumlah kalangan.
Sinergi lintas sektoral dan pelibatan semua unsur masyarakat di Wringianom menjadi model pola penyelamatan sungai di Indonesia. Pada 5 Juni 2013 secara serentak diadakan pemantauan kualitas sungai di lima DAS, yakni Musi, Ciliwung, Citarum, Brantas, dan Bengawan Solo.
Upaya itu melibatkan pelajar, mahasiswa, masyarakat, industri, dan pemangku kepentingan untuk mengetahui kondisi kesehatan sungai. ”Selanjutnya masyarakat akan menyusun program pemulihan bersama,” tuturnya.
Asisten Deputi Peningkatan Peran Serta Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup Basuki Widodo Sambodo menyatakan, jika menunggu program pemerintah, perlu waktu lama menyembuhkan DAS di Indonesia.
Pelibatan warga dalam pemulihan DAS harus dikedepankan untuk menyehatkan lagi DAS yang rusak. Indonesia sebagai negara terkaya sungai di dunia punya 5.590 sungai dan 65.017 anak sungai, dengan total DAS sepanjang 1.512.466 kilometer.
Asisten Deputi Urusan Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Kementerian LH Agus Sukandar menambahkan, kondisi DAS di Indonesia mengalami degradasi kualitas lingkungan. Saat ini 98 persen dari 112 DAS dalam kondisi tercemar. ”DAS yang ada di Indonesia terutama di Pulau Jawa sakit keras sehingga perlu sinergi antar-pemangku kepentingan untuk menyehatkannya,” paparnya.