Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MRT Tenggelamkan Fatmawati, Glodok Bisa Naik Daun Lagi

Kompas.com - 08/05/2013, 12:40 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembangunan MRT Layang di wilayah Jakarta Selatan dikhawatirkan mengancam matinya perekonomian warga. Hal itu juga akan berdampak mengembalikan sentralisasi pusat bisnis di Jakarta yang sebenarnya saat ini telah terjadi pemerataan.

Menurut Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MRT) Darmaningtyas, dulu sebelum wilayah Jalan Fatmawati berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan di Jakarta Selatan, warga di Selatan Jakarta masih banyak yang harus pergi ke wilayah Glodok hanya untuk sekedar membeli berbagai keperluannya.

"Bila kawasan bisnis itu hancur, maka akan mendorong masyarakat di Jakarta Selatan untuk pergi ke Glodok lagi untuk sekadar berbelanja barang-barang elektronik ataupun karpet. Jadi artinya, MRT memunculkan persoalan baru," katanya Darmaningtyas, saat dihubungi pada Rabu (8/5/2013).

Terkait hal itu, Darmaningtyas menyarankan agar Pemprov DKI tidak egois dengan pertimbangan menghemat biaya pembangunan, Pemprov justru mengorbankan kepentingan orang banyak. Jika hal itu terjadi, maka sama artinya Pemprov DKI Jakarta menghormati para pelaku bisnis di wilayah tersebut yang selama ini telah berperan menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.

"Amat naif sekali ketika dengan pilihan desain yang ada layangnya karena pertimbangan biaya yang lebih murah, tetapi tidak mempertimbangkan dampak buruknya bagi masyarakat terutama perekonomian warga di Jakarta Selatan," ungkapnya.

Darmaningtyas mengemukakan, jika ditinjau dari segi pembiayaan, kontruksi jalur kereta bawah tanah (subway) memang lebih mahal, namun saat telah beroperasi, jalur subway akan lebih banyak mendatangkan keuntungan dari sisi aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Hal itu diperkuat dengan berbagai fakta bahwa di sejumlah wilayah Jakarta yang dilalui oleh jalan layang, baik jalur kereta maupun jalan raya, berbagai problem sosial akan terjadi.

"Biaya pembuatan Subway lebih mahal tapi dalam aspek sosial dan ekonomi untuk masyarakat jauh lebih menguntungkan karena jalur layang akan menciptakan kekumuhan di wilayah yang sebenarnya saat ini telah tertata. Belum ada bukti kawasan di bawah jalan layang atau rel kereta di Jakarta rapi, bersih dan tertib, yang ada justru kekumuhan," jelas Darmaningtyas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com