Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Cemoohan, Basuki Belajar dari Nabi Musa

Kompas.com - 14/05/2013, 09:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Basuki Tjahaja Purnama mengaku belajar dari Nabi Musa untuk menghadapi warga Jakarta yang beraneka ragam. Dia pun mengaku bisa bertahan menghadapi berbagai cemoohan warga yang menolak kebijakan.

Pengalaman itu, menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta ini, dialaminya saat menjadi Bupati Belitung Timur. Dia merasakan dimaki-maki dan dianggap kafir hanya karena ingin membuat sesuatu menjadi lebih baik. Kemudian, teringatlah dia dengan kisah Nabi Musa.

"Saya banyak baca buku nabi-nabi, dan saya teringat kisah Nabi Musa. Nabi Musa bawa Bani Israil keluar, suku sendiri, bangsa sendiri, agama sendiri, begitu tidak ada air, tidak ada makanan, dimaki-maki Musa," kata Basuki saat bertemu dengan Jakob Oetama di kantor Kompas, Jumat (10/5/2013).

"Terus si Musa bilang begini, 'Tuhan, saya ada dosa apa sehingga harus mengurusi bangsa yang seperti ini? Kalau bisa, Kau cabut saja nyawaku. Aku enggak paham lagi ngurusin nih orang'."

"Itu yang membuat saya berpikir, saya ini siapa? Kalau sama Musa enggak ada apa-apanya. Ini ngurusin etnis berbeda, agama berbeda, ideologi partai berbeda. Kalau dia salah paham sama saya, saya enggak heran. Musa saja disalahpahami. Nah, saya gampang, easy going-nya seperti itu."

Menurut pria yang akrab disapa Ahok ini, dia juga kerap duduk di bawah pohon untuk mengeluarkan kemarahannya. Dia bicara dengan diri sendiri sehingga bisa membuatnya menemukan jawaban dan membuatnya lebih tenang.

"Kemarahan itu harus dikeluarkan. Saya caranya seperti itu. Kalau dituangkan dalam tulisan, bahaya, ha-ha-ha...," kelakar Basuki.

Ada hal lain juga yang membuat Basuki bertahan dalam menghadapi cemoohan dan orang yang tidak menyukainya. Sebab, dia punya hitung-hitungan ekonomi untuk membantu orang lain menjadi lebih baik.

"Saya enggak mau berhenti hanya karena segelintir orang. Kalau saya berhenti, saya enggak bisa bantu orang. Kalau saya keluar karena sakit hati, malah panas dan bisa mati. Jadi, saya pilih jadi orang nothing to lose saja sekarang," ucap dia.

Dengan tetap bertahan menjadi pejabat, Basuki yakin bisa membantu banyak orang ketimbang hanya menjadi orang kaya. "Kalau saya punya uang Rp 1 miliar, setiap orang miskin saya kasih Rp 500.000, hanya 2.000 orang yang kebagian," tuturnya.

"Sementara dalam pepatah Tiongkok, orang miskin tidak bisa membantu orang kaya, orang kaya tidak bisa melawan pejabat," imbuh Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com