Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capek Masalah Waduk, Rusun Jadi Pilihan

Kompas.com - 22/05/2013, 14:47 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ratusan warga yang tinggal di bantaran Waduk Pluit harus segera meninggalkan tempat tinggalnya di tanah milik negara tersebut. Untuk sebagian yang sudah tidak tahan, mereka menginginkan segera mendapatkan unit di rumah susun yang dijanjikan pemerintah.

Salah satunya Tumanding Cahaya, seorang warga RT 17 RW 19, Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Dia menginginkan agar segera mendapatkan rumah susun karena merasa lelah dengan permasalahan relokasi waduk saat ini.

"Saya pengennya pindah ke Rusun Cengkareng, biar tidak jauh dari sekolah anak. Lagian di sana kalau dipakai tempat jualan tidak sepi," ujarnya di bantaran Waduk Pluit, Rabu (22/5/2013).

Wanita yang telah dikaruniai empat orang anak ini kesehariannya membuka usaha warung. Sebelum permasalahan Waduk Pluit mencuat, Tumanding membuka warungnya di bahu Jalan Pluit Timur Raya atau di depan Waduk Pluit.

Namun, semenjak pemerintah akan mengembalikan fungsi waduk seperti semula, ia sudah tidak diperbolehkan lagi berjualan di pinggir jalan. Akhirnya, Tumanding berjualan dengan menggunakan gerobak.

Ia berjualan minuman dan rokok di dalam area waduk yang kemarin dijadikan posko warga. Wanita berusia 54 tahun ini mengaku, semenjak tidak lagi berjualan di warung pinggir jalan, omzetnya turun drastis.

"Saya dulu jualan ini (minuman dan rokok), saya juga jualan pulsa dan handphone. Istilahnya sehari Rp 5 juta enggak ke mana, sekarang yang beli paling tukang-tukang (pekerja pengerukan waduk)," ucapnya.

Untuk itu, ia menginginkan pemerintah segera merealisasikan janjinya untuk merelokasi warga ke rumah susun agar ia dapat berjualan seperti dulu kala. Ia pun mengaku tidak memedulikan jika nantinya dihujat oleh tetangga-tetngganya yang tidak menginginkan pindah dari bantaran waduk.

Wanita dengan satu orang cucu ini hanya menginginkan kehidupannya kembali seperti dulu kala, tanpa adanya gangguan. "Saya mah tidak peduli nanti dikatain pengkhianat sama yang lain. Yang penting anak saya bisa sekolah," kata Tumanding.

Saat ini, sudah tidak ada warga yang bertahan di Waduk Pluit seperti dalam beberapa hari lalu. Mereka sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Hanya orang-orang yang berjualan, seperti Tumanding, yang masih berada di waduk.

Sementara itu, sejumlah alat berat masih berada di Waduk Pluit. Alat berat ini mengeruk waduk untuk dikembalikan ke fungsi semula. Beberapa petugas kepolisian masih berada di waduk, tetapi jumlah mereka sudah berkurang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com